27| Ice Girl

4.8K 429 145
                                    

🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀

Kelas Angkasa sudah selesai sejak lima menit yang lalu, sedari tadi di kelas ia tidak bisa konsentrasi dalam mendengarkan dosen yang mengajarnya. Pikirannya hanya terfokus pada Raya, ia takut Raya akan menjauh karena perbuatan bodohnya beberapa waktu lalu.

Dalam hati ia terus merutuki dirinya, mengapa bisa ia menuduh Raya hanya dengan foto yang dikirim nomor tidak dikenal tadi malam. Memang benar ia mengakui apabila dirinya adalah lelaki brengsek yang bisanya hanya menyakiti pacaranya, ditambah lagi setiap harinya tak luput dari perdebatan.

Ia harus meminta maaf pada Raya, bahkan jika perlu ia akan bersujud agar Raya memaafkannya.

"Gue ke fakultas Raya dulu, Ries," pamit Angkasa kepada Aries yang tengah duduk di sampingnya.

"Saiki apa maning, Sa? Hubungan lo enek masalah bae perasaan dari dulu," sahut Aries yang tidak terlepas dari logat ngapaknya.

Angkasa mendengkus. "Nggak tahu, Tuhan nggak suka kalo gue bahagia kayaknya. Jadi Dia ngasih cobaan terus buat gue."

"Hush, Ngawur! Ra oleh suudzon karo Tuhan." Aries memperingati.

"Ya tapi emang nyatanya gitu." Angkasa melirik Aries sekilas.

"Ya wes ya wes, sakarepmu."

Angkasa menanggapinya dengan deheman singkat.

"Gue pergi dulu."

"Gak meh pamit sama si Bianca?" goda Aries, dia itu memang menggali kuburannya sendiri sudah tahu Angkasa sedang mode badmood kalau tiba-tiba Aries ditonjok bagaimana, kan bisa repot.

"Nggak!"

Angkasa yang tadinya sudah berjalan beberapa langkah berbalik menatap Aries tajam.

"Sekali lagi gue denger nama cewek itu dari mulut lo, gue nggak segan-segan buat nyoret lo dari daftar para nama teman gue," ancam Angkasa.

"Ck, elah bercanda kali, Sa. Jangan dimasukin ke hati."

"Bodo," sahut Angksa kelewat kesal.

Untung saja hari ini ia tidak ada kelas yang sama dengan gadis pembuat onar itu, jadi dirinya bisa lebih bebas untuk melakukan aktivitasnya.

Angkasa menapakkan kaki di fakultas kedokteran dengan ragu, langkah demi langkah ia lewati kini sampailah ia di laboratorium di mana Raya tengah ujian praktikum.

Pintu laboratorium masih tertutup dan lampu terlihat dinyalakan itu menandakan para mahasiswa masih berada di dalam sana. Angkasa bisa bernapas sedikit lega.

"Semoga Raya nggak marah banget sama gue," gumam Angkasa sembari mendudukkan dirinya di bangku depan laborat.

Tidak menunggu lama, setelah sepuluh menit berlalu pintu ruangan tersebut terbuka. Satu persatu mahasiswa-mahasiswa itu mulai keluar. Namun, Angkasa belum menemukan batang hidung Raya.

ANGKASARAYA 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang