16| Someone

4.6K 397 90
                                    

⭐⭐⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⭐⭐⭐

"Aku... rapuh, Raya."

Hati Raya terenyuh, baru kali ini dia melihat sisi rapuh seorang Angkasa. Hatinya ikut merasakan sakit seperti yang tengah dirasakan oleh kekasihnya.

"Angkasa... sekarang kita duduk di sofa itu dulu ya."

Angkasa mengangguk patuh, melangkahkan kakinya ke sofa.

"Minum dulu ya, Sa." Raya menyodorkan segelas air putih yang berada di nakas pada Angkasa. Angkasa pun meminumnya hingga habis setengah.

"Gimana, udah agak tenang sekarang?"

Angkasa mengangguk dua kali.

Raya membenarkan duduknya, menatap pada Angkasa. Tangannya menggenggam tangan Angkasa.

"Kamu bisa cerita sama aku, Sa. Ada apa?" tanya Raya pelan.

Angkasa menunduk. "Keluarga aku, Ra. Keluargaku...."

"Semua berantakan." Angkasa mendongak. Matanya memerah menahan air mata yang berusaha untuk keluar.

Raya diam menyimak penjelasan dari Angkasa.

"Papa sama mama berantem. Aku benci Ra sama papa. Gara-gara perusahaan hampir bangkrut, papa nyalahin semua orang, apalagi mama."

"Kamu gak boleh gitu, Sa. Gimana pun juga papa kamu itu orangtua kamu sendiri. Kamu harus tetep ngehargain dia."

"Tapi tetep aja, Ra. Papa udah keterlaluan sama mama, aku gak bisa liat mama digituin. Ini semua gara-gara kakek! Pasti kalau waktu itu dia gak berbuat jahat semuanya gak akan kayak gini!"

"Argh! Aku benci Ra sama hidup aku!" Angkasa menutup matanya.

Raya merengkuh tubuh Angkasa kembali. Ia ikut prihatin mendengarnya. "Sssttt... udah sayang udah. Sabar ya. Kamu jangan ngomong kayak gitu lagi. Ada aku di sini, aku akan selalu ada buat kamu."

Angkasa membalas rengkuhan Raya dengan erat, ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Raya menutup matanya menghirup aroma wangi Raya dalam-dalam.

Cukup lama mereka dalam posisi itu. Angkasa pun merasa lebih tenang dan lega menceritakan hal ini pada kekasihnya.

Seketika Raya mendapat ide semoga saja bisa sedikit membantu menenangkan pikiran pacaran. "Angkasa."

"Hmm?"

Raya berdiri, mengulurkan tangannya pada Angkasa. "Ayo."

Dahi Angkasa mengerut. "Ke mana?"

"Udah ayo ikut aku aja," ujar Raya dengan senyum.

"Ayo, Sa, udah cukup sedih-sedihnya. Sekarang kamu ikut aku ya."

"Iya." Angkasa membalas uluran tangan Raya dan mengikuti Raya keluar dari kamarnya.

ANGKASARAYA 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang