[SEQUEL OF ANGKASARAYA, DAPAT DIBACA TERPISAH]
Hari kelulusan telah terlewati, kini Angkasa dan Raya meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di salah satu universitas swasta.
Keseharian masa kuliah ternyata terasa lebih berat dari yang...
"Semua berantakan." Angkasa mendongak. Matanya memerah menahan air mata yang berusaha untuk keluar.
Raya diam menyimak penjelasan dari Angkasa.
"Papa sama mama berantem. Aku benci Ra sama papa. Gara-gara perusahaan hampir bangkrut, papa nyalahin semua orang, apalagi mama."
"Kamu gak boleh gitu, Sa. Gimana pun juga papa kamu itu orangtua kamu sendiri. Kamu harus tetep ngehargain dia."
"Tapi tetep aja, Ra. Papa udah keterlaluan sama mama, aku gak bisa liat mama digituin. Ini semua gara-gara kakek! Pasti kalau waktu itu dia gak berbuat jahat semuanya gak akan kayak gini!"
"Argh! Aku benci Ra sama hidup aku!" Angkasa menutup matanya.
Raya merengkuh tubuh Angkasa kembali. Ia ikut prihatin mendengarnya. "Sssttt... udah sayang udah. Sabar ya. Kamu jangan ngomong kayak gitu lagi. Ada aku di sini, aku akan selalu ada buat kamu."
Angkasa membalas rengkuhan Raya dengan erat, ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Raya menutup matanya menghirup aroma wangi Raya dalam-dalam.
Cukup lama mereka dalam posisi itu. Angkasa pun merasa lebih tenang dan lega menceritakan hal ini pada kekasihnya.
Seketika Raya mendapat ide semoga saja bisa sedikit membantu menenangkan pikiran pacaran. "Angkasa."
"Hmm?"
Raya berdiri, mengulurkan tangannya pada Angkasa. "Ayo."
Dahi Angkasa mengerut. "Ke mana?"
"Udah ayo ikut aku aja," ujar Raya dengan senyum.
"Ayo, Sa, udah cukup sedih-sedihnya. Sekarang kamu ikut aku ya."
"Iya." Angkasa membalas uluran tangan Raya dan mengikuti Raya keluar dari kamarnya.