31| Tolong Jangan Pergi

5.8K 407 90
                                    

🍂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍂

Dalam ruangan nan megah itu terdapat dua orang yang saling melempar senyum. Mereka adalah Bianca dan mamanya Shena. Shena yang tengah duduk di atas kasur dan bersender di sana memandang Bianca dengan tatapn sayu. Kian hari tubuhnya kian memucat karena jarang terkena cahaya matahari. Tangannya tergerak menyentuh pipi anak gadisnya dengan sayang.

"Anak Mama udah besar ternyata, mana cantik banget lagi," ucap Shena.

Aura bahagia terpancar dari wajah Bianca. Lantas ia membalas ucapan Shena. "Iya dong, anaknya siapa dulu, anaknya Mama Shena gitu lho."

Shena terkekeh. "Kalau Mama pergi, Bianca jangan sedih ya."

"Mama bilang apaan sih? Mama itu kuat, mama itu hebat. Mama harus bertahan demi Bianca yah?" sela Bianca.

"Mau tidak mau suatu saat Mama akan pergi, sayang. Dan pada saat itu tiba jangan larut dalam kesedihan ya sayang."

Bianca menggeleng cepat. "Nggak mau, pokoknya Mama nggak boleh pergi. Mama harus terus di samping Bianca."

"Apa yang akan kamu harapkan dari Mama nggak berguna, yang nggak bisa jalan ini Bianca... " batin Shena. Sudah beberapa tahun lalu ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kedua kakinya lumpuh permanen. Sejak saat itu lah Shena merasa dirinya tidak pantas menjadi ibu dari anak gadisnya.

Ia tersenyum pedih. "Maafkan Mama nggak bisa menjadi orang tua yang baik buat kamu, maaf..."

Lagi-lagi Bianca menggeleng. "Bagaimanapun keadaan Mama, aku tetap sayang Mama. Mama udah menjadi orang tua yang paling sempurna versi aku."

Shena terhenyak, benarkah ia sudah menjadi orang tua yang baik?

Bianca merentangkan kedua tangannya. "Mau peluk," ucapnya.

Tanpa menjawab Shena langsung memeluk Bianca dengan erat, sangat erat. Ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Bianca, ia menangis dalam diam. Benaknya sudah berpikir ke mana-mana, jika dirinya pergi siapa yang akan merawat anak gadisnya? Semoga saja Tuhan memberikan umur yang panjang untuknya.

"Bianca sayang mama."

Tok tok tok.

Bunyi ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka ke sumber suara.

Tidak lama, pintu tersebut terbuka menampilkan Haris yang berdiri di sana.

"Hai, Papa," sapa Bianca sembari melambaikan tangan. Gigi putihnya berjejer rapi menambah kesan imut di wajahnya.

"Apakah Papa mengganggu waktu perbincangan antara wanita-wanita Papa ini?" tanya Haris basa-basi.

"Nggak Pa, nggak sama sekali," ujar Bianca. "Oh iya itu plastik warna merah isinya apa pa?" tunjuknya ke arah barang yang dibawa oleh Haris.

"Mau tahu aja atau mau tahu banget?" goda Haris tersenyum jahil.

"Mau tahu bangeeet..." sahut Bianca.

ANGKASARAYA 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang