LSK 4.3 Naya dan self harm-nya

192 30 71
                                    

Mungkin kamu tidak akan pernah paham bagaimana rasanya sepi dalam hangatnya rindu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin kamu tidak akan pernah paham bagaimana rasanya sepi dalam hangatnya rindu. Ketika teman-teman menceritakan tentang indahnya keluarga yang utuh. Aku hanya bisa mendengarkan karena merasa tak paham. Sederhananya, malam ini aku rindu rumah yang di mana di sana ada aku, ayah, ibu dan kakak.

-Kanaya Puspita

🍂

"Ambil, ini buat kamu aja."

"Aku?"

"Iya, ambil gih."

Haidar menyodorkan satu kantung plastik bewarna putih yang berisi risol keju kepada Nina. Sedang yang dilakukan gadis itu hanyalah menatap bingung kelakuan temannya ini. Perlu diketahui saat ini Nina, Haidar, Raden dan Nara sedang berada di kantin Fakultas Hukum. Entah apa yang dilakukan ketiga pemuda berbatang itu di sini, Nina tidak terlalu memusingkannya.

"Tapi kamu duluan yang beli, Dar," kata Nina berusaha menolak, sebab merasa tidak enak kepada Haidar yang telah membeli duluan risol tersebut.

Haidar menggeleng kepala pelan, sedikit berdecak karena Nina selalu saja keras kepala dan menolak kebaikannya. "Nggak apa-apa, aku tiba-tiba kenyang."

Bodoh, dramatis atau melankolis? Adalah umpatan serta makian kata kasar yang bersarang di kepala Nara serta Raden saat ini. Melihat bagaimana lembut, halus, dan perhatiannya sikap Haidar kepada Nina. Membuat mereka berdua mual mendadak. "Calon bibit-bibit bucin ini mah," bisik Raden tepat di telinga Nara.

"11, 12 sama Juna," tanggap Nara.

"Nggak mau ah, aku beli yang lain aja."

"Bagi 2 deh kita, aku bayar 5 ribu kamu bayar 5 ribu." Belum sempat Nina memutar balik badan karena ingin memilih makanan lain sebagai teman untuk mengerjakan tugas siang ini. Haidar sudah menyela duluan, jangan lupakan pergelangan tangan pemuda itu yang menarik jaket tipis Nina.

Nina tampak menatap satu bungkus plastik itu dengan tatapan tak terbaca dan menimbang-nimbang pikirannya. Sebenarnya ia memang sangat menginginkan risol itu.

"Gimana?" tanya Haidar

"Ya udah deh, aku bayar 5 ribu." Lantas jawaban yang dilontarkan Nina membuat senyum Haidar merekah dengan lebar.

Duduk di taman Fakultas di antara ketiga pemuda berbatang sama sekali tidak membuat Nina gugup atau gelisah sekali pun. Melihat gadis itu yang memakan risolnya dengan tenang tanpa perasaan gusar membuat Haidar bertanya-tanya. Apakah pernyataan cintanya secara tidak langsung beberapa hari lalu tidak berefek apapun kepada gadis itu?

Bahkan Haidar saja masih bisa merasakan efek dahsyatnya sampai saat ini. Seperti tangan gemetar, pusing disertai mata kunang-kunang persis seperti orang yang terkena penyakit anemia.

Lencana SKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang