LSK 6.7 Akhir tak bahagia

54 9 25
                                    

Tidak semua dongeng punya akhir yang bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak semua dongeng punya akhir yang bahagia. Tapi, bukan berarti cerita itu tak bagus, atau karakter-karakternya tak akan pernah bahagia. Kadang, sebuah cerita yang bagus punya akhir yang sedih serta menyayat hati para pembaca.

-Kanaya Puspita

🍂

"Mau aku ambilin minum lagi?"

"Nggak usah, terima kasih."

Menjawab pertanyaan Samudera dengan singkat serta gesture tangan tak biasa. Saat ini Naya tengah duduk di kasur—tepatnya kamar Maraka. Ingatkan bahwa beberapa jam yang lalu ia baru saja selesai melewatkan aksi drama yang tercipta. Membuat Naya semakin di pandang iba, jahat bahkan kurang ajar oleh beberapa orang yang menatap serta menonton.

Tak ingin pulang ke rumah, sudah pasti Naya akan kembali berlari dan menenangkan diri di rumah sang tante. Beruntung Maraka, Jasmine dan sang suami ada di rumah. Melihat bagaimana kacaunya keadaan Naya, mereka semua sudah dapat menebak. Terkecuali Maraka yang tak habis pikir, ternyata Kamila memang sudah menjalin kasih dengan seorang pria sejak lama.

Menangis kuat di pundak seorang wanita yang selama ini selalu setia menggantikan peran sebagai seorang ibu. Jasmine turut merasakan sakitnya penderitaan Naya. Mengucapkan banyak kalimat terima kasih kepada seorang pemuda yang telah menyelamatkan gadis tersebut dari sebuah situasi yang mungkin juga orang lain tak dapat melewatinya.

Sementara Jasmine dan sang suami berada di luar ruangan, serta Maraka yang tiba-tiba ada urusan. Samudera tak kunjung pulang, setia menemani sang teman yang saat ini sedang berada di dalam masa sulit.

Tak ada hal lain yang di lakukan selain menatap Naya yang termangu serta menangis dalam diam seraya memandang jendela dengan tatapan kosong. Rasa sakit itu... Samudera sangat paham. Ia juga pernah merasakannya dulu. Bahkan tak ada yang pernah mengerti serta memberikan sandaran pundak sebagai tempat untuk mengadu atau mendengar keluh. Ia menjalani semuanya seorang diri hingga ketiadaan sang ibu.

"Kamu beruntung Naya." Samudera mengatakan hal itu setelah sekian lama membiarkan keheningan menyeruak di dalam dada serta suasana. Membuat si gadis langsung menoleh bersama wajah sembab, sangat jauh dari kata baik. "Kamu beruntung masih punya ibu yang bisa kamu temuin walau posisinya sulit kayak begini."

"Sepayah atau seburuk apapun ibu kamu, itu tetap lebih baik dari pada nggak punya seorang ibu. Memiliki orang yang bisa kamu kasih cinta serta sayang tanpa syarat, nggak peduli seburuk apapun mereka. Itu bisa memberi kenyamanan bahkan di saat kamu susah."

"Gimana bisa memberi kenyamanan bahkan kamu tadi udah lihat sendiri apa yang terjadi sama aku? Persis seperti masuk ke dalam penjara padahal sama sekali aku nggak pernah berbuat kesalahan yang fatal. Bahkan untuk sekedar di lahirkan ke dunia dan merasakan pahitnya kehidupan karena dua orang yang egois." Naya menjawab seraya menghapus air mata yang kembali keluar. Mengeratkan selimut yang membungkus tubuh.

Lencana SKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang