"Terkadang ada saat dimana gelap malam seakan mampu mengerti kamu lebih dari yang lain. Bersama bintang. Bersama bulan. Bersama langit malam. Cukup dengan melihat alam, kamu merasakan kedamaian."
-Haidar Dewangga
🍂
Ternyata benar apa yang dijanjikan oleh Haidar saat percakapan mereka sore tadi di pelataran parkiran kampus. Tentang laki-laki itu yang bersedia menemani Nina melepas seluruh rasa frustasi yang terus menggumpal di hati. Haidar datang dengan menggunakan pakaian tebal bersama Cimoy—motor pesva kesayangannya.
Saat berada di rumah tadi Haidar sempat bersiteru dengan Banyu. Kakaknya yang tiba-tiba saja akan memakai mobil milik Nirmala sebab Ayu—istri Banyu—kakak iparnya mendadak ingin ikut keluar malam. Hal itu membuat Haidar sempat merajuk karena takut kegiatannya nanti—menghibur Nina akan terganggu oleh sang ibu hamil.
Haidar masih terus memperhatikan gerak-gerik serta kegiatan yang dilakukan oleh Nina. Gadis itu mengunci pintu rumahnya dan menyelipkannya tepat di bawah pot bunga. Melihat Nina yang agak berbeda dari biasanya malam ini, gadis itu memakai pakaian serba hitam membuat Haidar ingin menyemburkan tawa.
"Naha muka kamu kitu?" tanya Nina yang tanpa sadar mengeluarkan logat sunda, sembari menyodorkan tangannya—seakan meminta helm kepada Haidar. Mengerti akan kode yang diberikan oleh Nina, dengan cekatan Haidar memberi benda berbentuk bulat itu. Tidak lupa untuk memasangkannya tepat di atas kepala Nina.
"Aku bisa pake sendiri loh padahal."
"Nggak apa-apa, sama aja," ucap Haidar berusaha menutup perdebatan pasal helm. Ia kembali menolehkan kepalanya tepat saat ketika kedua telapak tangan Nina yang sangat hangat hinggap di pundaknya. "Sudah izin sama Maraka?" taya Haidar berusaha bersikap biasa saja.
"Sudah, Naya juga beberapa malem ini tidur di rumah Maraka terus. Untuk Mama... besok dia baru pulang dan sampe rumah. Intinya aku sendiran." Nina menyebutkan segala hal secara detail kepada Haidar. Sempat ada jeda saat ia membicarakan pasal Kamila, sebab Nina belum terbiasa menceritakan segala hal yang berkaitan dengan keluarga kepada orang asing atau orang yang baru saja ditemuinya.
"Kita mau ke mana sih, Dar?" Merasa ingin tahu Haidar akan membawanya pergi ke mana, Nina kembali melemparkan pertanyaan.
"Ikut wae, Nin."
"Kamu nggak akan macem-macem kan?"
"Astagfirullah, memangnya muka aku teh kelihatan sebrengsek itu ya, Nin?" Haidar meloloskan kata-kata kasarnya malam ini sebagai bentuk pertanyaan kepada Nina. Membuat gadis itu yang baru saja pertama kali mendengar Haidar berkata demikian memukul bahunya pelan. "Ngomongnya di saring dulu dong!" protes Nina.
Ternyata Haidar membawa Nina ke salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di Bandung saat malam hari. Tenda di bawah bintang, berlokasi di Sky Garden Green Forest, Jalan Sersan Bajuri 102, Lembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lencana SK
FanfictionTrigger warning [Mental illness] : Post Traumatic Stress Disorder, Self Harm, Anxiety Disorder, Overthinking, and Feeling useless. Haechan's Alternate Universe Tentang Karenina, si gadis asal kota Bandung yang sering menampakkan wajah datar. Memilik...