LSK 1.2 Batalnya kelas

655 164 34
                                    

Gerimis mempercepat kelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gerimis mempercepat kelam.
Ada juga kelepak elang menyinggung muram,
desir hari lari berenang menemu
bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini
tanah dan air tidur hilang ombak.

-Karenina Kalandra

🍂

Maraka menarik gas motor dengan kencang saat menerima pukulan bertubi-tubi dari gadis cantik yang duduk di belakangnya. "Cepetan, Raka! Kamu mau aku di hukum karena terlambat masuk kelas?!" tanya Nina dengan raut wajah kesal bercampur khawatir.

"Sabar dong, Kala... aku dari tadi udah nyalip-nyalip mobil besar nih. Kamu mau kita jatoh di tengah jalan?!" Maraka yang melempar balik pertanyaan kepada Nina. Membuat Gadis itu kembali mengatupkan mulut dan lebih memilih untuk berserah diri kepada Tuhan yang akan menentukan takdir ke depannya bagaimana nantinya.

Perlu diketahui sekarang jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat 23 menit. Yang berarti tepat 7 menit lagi kelas mata pelajaran wajib yang dipimpin langsung oleh Pak Haji Mino Zunimik LL.M akan segera dimulai. Nina berdecak pelan saat mengingat isi percakapan grup semalam.

Pak Mino yang tumben-tumbenan sekali akan mengisi jadwal kelas pagi membuat seluruh mahasiswa di kelasnya mendesah napas berat karena waktu tidur pagi mereka akan sedikit terganggu. Nina yang semalam juga sedang melakukan aksi begadangnya karena menemani Naya mengerjakan tugas sekolah. Sampai jam satu dini hari.

Alhasil keduanya terlambat bangun untuk pergi ke sekolah. Naya yang tadinya sempat menangis sebentar karena takut akan masuk ruang BK membuat Maraka kelimpungan dan harus menenangkan remaja cantik tersebut. Nina pun seakan lebih memilih untuk mengalah dan membiarkan adiknya di antar duluan oleh Maraka.

Motor milik Maraka sudah memasuki parkiran tepat saat jam menunjukkan pukul 7 lewat 27 menit. Membuat Nina semakin kelimpungan dan melompat secara asal dari motor besar tersebut. Berlari menuju gedung Fakultasnya yang berada dekat dengan kantin.

Nina sempat mengabaikan tatapan aneh orang-orang yang melihatnya. Sebagian besar ada yang tertawa dan menggeleng kepala. Teriakan lelaki bernama Maraka pun diabaikannya karena takut akan terlambat masuk kelas.

Maraka yang masih berada di atas motornya berusaha meredakan tawanya yang terpingkal-pingkal. Melihat kepala Nina yang seakan-akan sedang cosplay menjadi capung. Helm besar yang belum terlepas dari sanalah penyebab gadis itu ditatap aneh oleh sebagian orang yang lewat.

"Kala, helmnya!" pekik Maraka sekuat mungkin menahan tawanya.

Nina yang mendengar samar-samar suara Maraka dari arah parkiran berhenti. Tangan yang bebas tugas memegang kepalanya yang terasa berat. Benar saja, keberadaan helm besar ini belum juga terlepas. Nina berusaha meredam rasa malu serta emosinya dengan menutup sebagian wajah. Mimpi apa ia semalam sehingga bisa melakukan hal bodoh seperti ini di pagi hari.

Lencana SKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang