Bahkan senyum tipis dan
sikap dingin serta abai,
masih melekat sempurna di
dirinya. Membuatku hampir
saja kehilangan akal.
Rasa ini... masih ada dan
belum terhapus sempurna.-Rendy Atma Negara
🍂
Nina memasukkan semua buku-buku serta alat tulis miliknya ke dalam tas dengan buru-buru. Melihat sekilas jam yang berada di pergelangan tangan, ia sudah terlambat untuk menghadiri rapat tengah tahun yang diketuai oleh Dirga-si kakak tingkat yang menjabat sebagai ketua Himpunan.
Rui yang tidak mengikuti kelas mata pelajaran ini juga membuat Nina sedikit kewalahan dan harus berjalan ke ruangan rapat tanpa temannya itu.
Berjalan keluar kelas tanpa melihat sisi kanan dan kiri, Nina menabrak tubuh seseorang. Mengakibatkan seluruh barang bawaannya terjatuh ke lantai. "Aduh, maaf nggak sengaja. Saya lagi buru-buru," kata Nina dengan nada suara yang terkesan khawatir.
"Iya, nggak apa-apa kok-Kala?" Orang yang Nina tabrak menyebutkan namanya. Membuat gadis itu terpaku dan hampir saja tidak ingin melanjutkan napasnya. Suara ini... terdengar sedikit familiar. Nina mengangkat wajahnya dengan pergerakan lamat.
Seperkian detik kemudian, ia memejamkan mata erat sebelum menjawab panggilan nama yang disuarakan oleh aki-laki di depannya ini. "Eh, Rendy? Maaf, aku nggak sengaja," ujar Nina dengan senyum tipis. Sedang yang disebutkan namanya hanya tersenyum tipis dan membantu Nina untuk bangkit.
"Nggak apa-apa, lagi buru-buru mau ke ruangan rapat tengah tahun?" Rendy bertanya kepada Nina. Membuat gadis itu menganggukkan kepala cepat dan ingin menyudahi aksi basa-basi ini. "Iya, aku lagi buru-buru banget nih-"
"Santai aja, Kala." Rendy memotong pembicaraan Nina. Mengundang kernyitan dalam di keningnya. Apa maksud dari ucapan laki-laki ini barusan. Rendy terlihat menahan senyum dan berusaha melempar arah pandangannya ke sembarang arah.
"Bang Dirga juga masih ada kelas, dia bilang rapatnya di undur jadi sepuluh menit ke depan," jelasnya. Nina menghela napas lega. "Kamu nggak buka pesan yang dikirimin Bang Dirga?" Lagi-lagi Rendy bertanya kepada Nina.
"Nggak sempet, Ren. Aku pikir udah telat, mana tadi dosennya ngulur-ngulur waktu," kata Nina sembari menampakkan wajah kesalnya.
"Kalo gitu bareng aja, aku juga mau dateng ke ruangan rapat," ujar Rendy. Sedang Nina menampakkan wajah terkejutnya. "Tumben," kata Nina dengan wajah tidak percaya. "Ada angin apa kok kamu tiba-tiba mau ikut rapat. Biasanya titip absen terus?"
Nina yang sepertinya sudah menghilangkan rasa canggungnya, ia berjalan tepat di sisi kiri Rendy. Memberikan banyak pertanyaan. Laki-laki itu terkekeh pelan. "Sebegitu seringnya ya aku jarang ikut rapat?" tanya Rendy sembari menatap Nina dari arah samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lencana SK
FanfictionTrigger warning [Mental illness] : Post Traumatic Stress Disorder, Self Harm, Anxiety Disorder, Overthinking, and Feeling useless. Haechan's Alternate Universe Tentang Karenina, si gadis asal kota Bandung yang sering menampakkan wajah datar. Memilik...