Pada kenyataannya, si tokoh jahat
pandai bermain watak, yang berhasil
mendekati Pangeran. Yang baik tidak
selalu menang. Yang licik, di lain
pihak, hampir selalu mendapatkan
apa yang mereka inginkan.
Itulah hidup.-Nara Hartono
🍂
Haidar berusaha menghalau sinar matahari yang datang dan masuk ke dalam kamarnya. Melihat jam yang tertera di atas dinding sana, ia menganggukkan kepala pelan. Ayam pasti sudah berkokok sejak dua jam yang lalu.
Melihat berita yang tertera di layar gawai. Haidar membola, secepat kilat ia menegakkan posisi tidurnya menjadi duduk. Menatap serta membaca pesan yang dikirimkan oleh Nina di jam sepuluh malam tadi. Haidar menutup matanya erat sembari mengerang.
"Sial!" umpatnya. "Kenapa urang harus ketiduran di jam sepuluh sih?" gumamnya.
Belum selesai Haidar merasakan jantung yang berdebar-debar sebab mendapat pesan dari Nina semalam. Laki-laki itu merasa sedang mendapat pelatihan senam jantung di pagi hari ini. Nina yang katanya menunggu di gedung Fakultas miliknya.
"Jam 9 pagi, anjir!" Lagi-lagi Haidar memulai pagi harinya yang cerah dengan umpatan indah. Tidak lama, ia membekap mulutnya sendiri dengan khawatir dan dramatis. Takut-takut kalau Nirmala atau Banyu akan mendengarnya.
Bukannya memilih bangun dan segera mandi, Haidar masih terpaku di tempat. Kembali membaca pesan yang dikirimkan oleh Nina. Rasanya ini sangat aneh. Ternyata bukan hanya wajah saja yang datar serta tanpa ekspresi tetapi pesan yang dikirimkannya juga. Melihat pesan Nina yang seperti kehilangan huruf vocal semua.
Haidar terkekeh samar dan menggeleng pelan. Mengetik balasan untuk Nina secepat mungkin.
Maaf, Nin
Aku teh semalem ketiduran
Iya, tunggu aja ditempat itu
20 menit lagi aku sampe
Setelah mengetik balasan untuk Nina. Haidar berlari dan menyambar asal handuk miliknya yang sudah dijemur oleh Ayu di balkon. Istilah mandi bebek yang selalu dikatakan oleh Nirmala kepada dirinya saat masih kecil dilakukan. Waktu 20 menit itu sangat cepat dan terus berjalan.
"Bunda, airnya kenapa dingin banget sih?!"
"Ya kamu kenapa nggak dimasak dulu airnya, Nak?"
"Adek udah telat, ih."
—
Haidar mematikan mesin motornya dengan cepat. Bola mata yang berpendar, mengelilingi bahkan menatap seluruh penjuru sudut parkiran Fakultas Akutansi. Senyum Haidar terbit. Melihat Nina yang sepertinya sedang duduk di bawah pohon rindang bersama sebuah buku di tangannya. Gadis itu tampak asik di dalam dunianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lencana SK
FanfictionTrigger warning [Mental illness] : Post Traumatic Stress Disorder, Self Harm, Anxiety Disorder, Overthinking, and Feeling useless. Haechan's Alternate Universe Tentang Karenina, si gadis asal kota Bandung yang sering menampakkan wajah datar. Memilik...