LSK 4.5 Ada peran tersendiri

129 23 40
                                    

Jangan sungkan untuk memanggil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan sungkan untuk memanggil. Jangan sungkan untuk bercerita. Jangan sungkan karena kita memang satu aliran darah. Kalau memang kamu sedang membutuhkan seseorang, tolong berbalik ke arah belakang. Aku selalu ada di sana, bersama senyum serta rentangan tangan yang terbuka lebar.

-Karenina Kalandra

🍂

Mesin mobil milik Haidar telah mati, keberadaan kuda besi itu kini telah terparkir apik di depan pagar besi kediaman Nina.

Tidak ada yang berbicara di sana. Hanya terdengar suara deru napas keduanya. Haidar menolehkan kepala pelan sembari memasang senyum andalan. "Sok, sekarang masuk ke dalem, gih. Cuci mukanya, habis itu langsung tidur, nggak usah mikirin apa-apa dulu. Masih ada hari besok da," titahnya.

Sedang Nina menarik napas pelan sekali lagi, berusaha menghembuskannya lewat mulut. Lantas gadis itu memberanikan diri untuk membalas tatapan Haidar. "Makasih banyak... untuk hari ini—"

"Udah, berhenti dulu bilang makasihnya. Sisain untuk besok lagi," potong Haidar cepat. Indera pendengarannya terlampau lelah karena terus-terusan mendengar kalimat sama yang dilontarkan oleh Nina.

"Iya, hati-hati di jalan. Aku masuk ke dalem." Bahkan belum sempat Nina membuka pintu mobil, suara Haidar kembali mengintrupsi kegiatannya. Tidak tanggung-tanggung, Haidar menarik sebelah lengan Nina.

"Nina," panggil laki-laki itu. "Kalo sempet mah, jangan lupa minta maaf nya sama Naya? Walau posisi kamu teh di sini nggak bersalah, tapi tetep da... supaya hati kamu bisa sedikit plong."

Haidar dan segala kata-kata serta saran manisnya.

Sekali lagi, Nina menganggukkan kepala pelan setelah mendengar kalimat yang terlontar. Tanpa ada balasan serta tanggapan, gadis itu melenggang masuk ke dalam seusai memberi salam dan lambaian tangan. Membiarkan kuda besi yang tadi membawanya membelah jalanan padat kota Bandung pada malam hari ini.

Nina melepaskan sepatu yang dikenakan dengan cepat, sebab ingin langsung menemui adiknya di dalam. Sehingga ia tidak menyadari kehadiran sebuah motor N-Max bewarna putih sudah terparkir apik di pekarangan rumah. Belum lagi tatanan rapi sepasang sepatu bermerek yang tidak Nina ketahui siapa pemiliknya.

Ia tidak memiliki waktu walau hanya memikirkan hal itu. Pintu rumah memang terbuka lebar, Nina mengedarkan arah pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Berharap dapat menemukan potret diri Naya. Dan hal itu berhasil. Naya yang selalu mengenakan pakaian berlengan panjang sedang menuruni anak tangga.

Hati Nina bergemuruh hebat sembari ingatannya terputar akan perkataan Maraka serta Haidar yang terus menggema tanpa henti. Mengabaikan eksistensi seorang pemuda bertubuh tinggi yang tengah duduk manis di sofa ruang tamu, Nina berlari menuju Naya yang sudah berdiri di undakan tangga terakhir.

Lencana SKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang