LSK 2.2 Kamar Naya

260 92 8
                                    

Luka, perban, dan kegelapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luka, perban, dan kegelapan.
Ada apa sebenarnya dengan dirimu?
Membuatku bingung setengah mati,
apakah kamu menyakiti diri sendiri?
Hanya demi menetralisir
rasa sakit di hati.

-Salaksa Rui Cantika

🍂

"Tapi, cara ini teh sebelumnya udah aku coba dan hasilnya tetep."

"Tetep apa?"

"Nggak ketemu, Kala."

"Kok sama aku bisa ketemu?"

"Nggak tau, pilih kasih kali dia."

"Bukan pilih kasih, Rui. Tapi kamu teh salah perhitungan."

"Iya. Maaf, lain kali aku lebih teliti lagi."

Rui mencebikkan bibirnya dengan perasaan kesal. Merasa bosan dengan segala ocehan serta nasehat yang baru saja dilontarkan oleh sahabatnya—Nina. Rui yang diketahui memang sangat suka kerja asal-asalan. Bahkan menghitung pun kadang tidak teliti dan banyak ketinggalan beberapa angka.

Nina tertawa pelan melihat tingkah laku Rui. Ingin sekali rasanya ia menarik bibir panjang sahabatnya itu. Kebetulan mereka saat ini sedang berada di dalam kamar Nina. Mengerjakan tugas kelompok sejak sore tadi hingga tengah malam ini.

Rui yang kebetulan malam ini sedang menginap di rumah Nina atas ajakan gadis itu. Mengerjakan tugas sembari diselingi canda tawa. Tak jarang para perawan jawa itu menghibahkan aib tetangga. Yang katanya anak pembantu dari tetangga Rui sedang hamil di luar nikah. Ada-ada saja.

Nina masih menulis hasil laporan kerjanya ketika Rui sudah membuka bungkus ketiga dari jajanan yang mereka beli sore tadi di supermarket.

"Maraka di mana?" tanya Rui.

Nina menolehkan kepala cepat. Menatap Rui sekilas sebelum kembali fokus mengerjakan tugas. "Lagi pergi sama Rona. Katanya malem ini dia absen tidur di sini. Kayaknya bakal pulang larut deh," gumam Nina pelan yang masih terdengar oleh telinga Rui.

Gadis itu membola. "Maraka bener jadian sama Rona?!" tanyanya heboh. Membuat Nina memejamkan mata sebentar sebab pekikan Rui hampir saja merusak gendang telinganya. "Nggak tau, Rui. Tapi doain aja semoga jadi, dari jaman maba sampe sekarang dia mepetin Rona belum ada tanda-tanda bakal pacarannya," jawab Nina.

Rui menganggukkan kepalanya setuju, setelah itu ia bertepuk tangan heboh. "Tapi Kala, waktu jaman kita masih SMP teh banyak banget orang yang ngira kalo kamu itu pacarnya Maraka. Bahkan sampe sekarang aja nih, kita udah masuk semester lima masih ada yang ngira kamu pacaran sama dia," seru Rui heboh.

Nina terkekeh pelan lalu menggelengkan kepalanya. "Mana mungkin aku pacaran sama sepupu sendiri. Lagian mereka aja yang salah persepsi," ujar Nina menanggapi cerita Rui.

Lencana SKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang