Karena pada dasarnya aku hanya
manusia biasa. Yang bisa merasakan
sakit akibat perpisahan kedua orang tua.
Yang selalu merasa kesepian,
karena kalian sibuk dengan urusan
masing-masing. Hanya demi melupakan
rasa sakit ini.-Kanaya Puspita
🍂
"Hapus status whatsapp yang kamu bikin semalem."
"Kenapa sih, Teh?"
"Hapus, Naya. Cepet."
"Nggak, biarin aja. Sebelum Teteh kasih tau aku alasannya."
"Kamu memang bodoh ya, Nay?"
Nina yang saat ini sedang menatap Naya dengan pandangan tidak abis pikir. Bagaimana bisa adiknya memposting sebuah foto keluarga di tengah malam. Oke, mungkin bagi kebanyakan orang itu adalah hal yang biasa dan di anggap tabu. Tetapi bagi Nina sendiri hal yang dilakukan oleh Naya bisa saja membahayakan nyawa sang ibu.
Kamila yang diketahui pernah mengidap penyakit mental, yaitu self harm beberapa tahun silam. Tepatnya setelah ia mengetahui bahwa Kalan memiliki seorang anak dan wanita di belakangnya.
Yang Nina ketahui tentang self harm adalah kondisi di mana penderita akan sengaja menyakiti dirinya sendiri dengan menggunakan benda-benda tajam. Perilaku ini tidak selalu mengisyaratkan niat bunuh diri, tetapi lebih kepada cara untuk mencoba mengatasi rasa sakit emosional yang intens serta pikiran, perasaan, atau ingatan negative.
Orang yang melakukan self harm sendiri kadang memiliki berbagai alasan. Seperti yang dikatakan di atas, mereka sering menyakiti diri sendiri sebagai respons untuk mengatasi pikiran yang intens dan perasaan tertekan atau pun sakit. Menyakiti diri sendiri memberikan kelegaan jangka pendek dari rasa sakit emosional, tetapi tidak menyelesaikan masalahnya.
Mendengar pertanyaan dari Nina yang berkata bahwa dirinya bodoh membuat Naya hampir naik pitam. Gadis itu yang tadinya sedang duduk tepat di sofa depan TV segera bangkit dan menatap Nina dengan pandangan nyalang.
"Te—"
"Kamu mau Mama menyakiti diri sendiri cuma karena lihat postingan kamu yang ada gambar laki-laki itu?!" Naya yang belum sempat menyelesaikan kata-katanya terpotong oleh perkataan Nina. Gadis itu yang sepertinya hari ini lebih emosional. Bahkan air matanya sudah memupuk di bagian sana.
Membuat Naya sedikit terhenyak sebab baru kali ini Nina membentak dirinya. Maraka pun yang baru saja datang setelah ia selesai membeli sarapan untuk mereka bertiga merasa terkejut setelah mendengar teriakan Nina yang menggema di seisi rumah. "Ada apa?" tanyanya kepada Naya dan juga Nina. Yang sialnya malah diabaikan.
"Teteh... segitu bencinya dengan Papa?" Sekuat tenaga Naya mengeluarkan suaranya dan bertanya seperti itu. Nina sempat menggelengkan kepala pelan sebelum menjawab, "Iya, teteh benci. Dan juga teteh nggak pernah merasa punya Papa kayak begitu. Yang membuat kamu sama Mama jadi begini. Inget Naya, Kalan yang dulu sudah mati tepat saat dia ninggalin kita pergi." Nina mengepalkan jari-jari tangannya kuat, berusaha untuk tidak berkata lebih banyak dan akan menyakiti hati Naya. Tetapi hati dan pikirannya seperti bertolak belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lencana SK
FanfictionTrigger warning [Mental illness] : Post Traumatic Stress Disorder, Self Harm, Anxiety Disorder, Overthinking, and Feeling useless. Haechan's Alternate Universe Tentang Karenina, si gadis asal kota Bandung yang sering menampakkan wajah datar. Memilik...