LSK 6.8 Dipaksa kuat oleh keadaan

57 11 19
                                    

Harus ada air yang jatuh ke dalam tumbuhan agar ia bisa tumbuh dan hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harus ada air yang jatuh ke dalam tumbuhan agar ia bisa tumbuh dan hidup. Selayaknya manusia, ada saatnya air mata jatuh untuk membuatnya lebih dewasa dan merasakan kehidupan yang sebenarnya.

-Rendy Atma Negara

🍂

Angin malam lagi-lagi menyapa permukaan wajah Nina yang halus. Menerbangkan anak-anak rambut bersama suasana yang sepi juga dingin. Bahkan telinga serta mata gadis itu sedang melakukan peran serta tugas penting. Menatap gelapnya bentangan jalan aspal di hadapan mata, bersamaan dengan keluarnya siluet pemuda dari dalam rumah keluarga besar Rui.

Ingatkan para pembaca bahwa Nina akan menghabiskan malamnya di rumah sang teman, berbekal rayuan manis seorang wanita cantik. Nina memutuskan untuk kembali bersua dengan hangatnya keluarga—meskipun dari orang lain. Perlu di ketahui pemuda yang baru saja keluar dari perantara ruang keluarga ialah Rendy. Ya, betul sekali, itu adalah teman sekaligus mantan Nina kala masih jaman SMA.

Semua orang tahu, bahkan kedua orang tua Rui pun mengerti tentang alasan serta kilas balik mengapa Nina memilih untuk menyudahi hubungan dengan pemuda tampan waktu itu. Seperti yang telah di katakan berulang kali, keluarga menjadi faktor utama. Trust issue yang Nina punya dulu memang sebegitu parahnya.

"Ngapain kamu bengong sendirian di luar? Mau testimony gimana rasanya kemasukan arwah penasaran?" Perlu di maklumi, celetukan pedas milik Rendy barusan sama sekali tak menggoyahkan iman Nina. Gadis itu memutar bola mata malas walau senyum tetap terpatri. Menyambut hangat candaan dari seorang mantan.

"Kamu kok tumben banget main ke rumah Rui?" Ya, mungkin di sini ada banyak dari para pembaca yang bertanya-tanya, ada urusan apa pemuda tampan yang sialnya memiliki amarah tinggi itu datang dan berkunjung ke rumah Rui. Alasannya masih tetap sama, sangat klise. Pertemanan orang tua pada jaman dahulu pasti akan terus berlanjut sampai anak cucu. Meskipun orang tua Rendy tinggal jauh dari kota, atau bisa di katakan beda pulau. Jalinan silaturahmi masih terus ia lakukan karena perintah sang ayah.

"Biasalah," jawabnya bersama nada yang tentunya membuat Nina kembali memasang wajah masam. "Kebiasaan banget, lagi healing aja mukanya di tekuk, sekali-sekali senyum dong, Kala!"

"Siapa yang lagi healing?" tanya Nina bingung.

"Kamu?"

"Aku? Memangnya kenapa aku harus healing?"

Sama-sama bingung, Rendy memilih untuk memutus kontak mata dan menggaruk belakang kepala yang tak gatal. "Aku pikir kamu sudah putus sama Haidar..." jawabnya dengan suara pelan. Lantas Nina menyambungnya dengan kekehan, "Nggak jadi. Kami nggak putus. Nggak ada alasan kuat untuk putus saat ini."

"Berarti ada saatnya nanti?"

"Di jaga dong mulutnya!"

"Bercanda...." Memilih untuk memamerkan senyum khasnya, Rendy kembali memasang postur tubuh santai. Mengikuti arah pandang Nina ke arah jalanan aspal. Menikmati pula angin malam yang berhembus kencang. Membelakangi pintu masuk, lelaki itu ternyata kembali bersuara. Mengundang Nina yang langsung cekatan menjawab pertanyaan dengan kilat.

Lencana SKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang