Beberapa pergi tak mengenal pulang. Beberapa salah tak mengenal maaf. Beberapa belum tak mengenal sudah. Beberapa lara tak mengenal rela. Ketika kesetiaan menjadi barang mahal. Ketika kata maaf terlalu sulit untukku diucap. Ego siapa yang sedang kita beri makan?
-Nirmala Puspa
🍂
"Adek mau kemana?"
"Ah, itu... mau ketemu sama Nina, Bun."
"Pasal Nina, kapan lagi kamu mau ajak dia main ke sini? Bunda sama Mbak Ayu kangen banget pengen ngobrol."
"Nanti ya, Bun. Kalo Haidar udah nemu titik terang, pasti bakal di bawa ke sini. Doain yang terbaik aja."
Sepertinya ada yang salah dengan ucapan si anak bungsu kali ini. Nirmala menaikkan sudut alisnya bingung lantaran Haidar tengah berbicara dengan ekspresi wajah di bawah tiga puluh persen. Ada rasa sedikit murung juga ketakutan yang sangat besar ketika pemuda itu hendak memakai jacket kesayangannya.
"Adek kenapa?"
"Kenapa memangnya, Bunda?"
Kekuatan ajaib seorang ibu. Bahkan tanpa perlu di kasih tahu, Nirmala sudah hapal gelagat sifat aneh kedua putranya saat sedang di landa masalah. Maka di detik selanjutnya, Nirmala yang hendak menyapu teras depan dengan daster kebanggaan terpaksa menarik tangan Haidar untuk duduk di kursi sofa. Bersiap diri untuk memberi petuah serta wejangan terkait hubungan.
"Bunda sebenernya nggak mau ikut campur dengan masalah yang lagi di hadapin sama Adek. Karena bunda sendiri tau, kamu dan A'a Banyu udah sama-sama dewasa. Tau juga yang mana yang benar dan salah. Tapi sejak beberapa hari yang lalu, bunda lihat kamu kelihatan gelisah dan murung. Bunda tebak juga ini ada kaitannya dengan Nina. Perihal masalah yang lagi di hadapin... itu wajar, setiap hubungan pasti ada, mereka bakal datang silih berganti. Entah itu masalah besar ataupun kecil.
"Perihal cara penyelesaiannya... bunda harap kalian bakalan selesaikan dengan cara baik-baik. Karena tau sendiri, perpisahan antara kedua belah pihak akan sangat menyakitkan masing-masing perasaan walau dengan tutur kata manis. Apalagi untuk Nina. Kamu tau sendiri latar belakang keluarganya gimana kan?"
Bertanya, memberi saran serta pendapat. Nirmala melakukan tugas itu sebagai seorang ibu tunggal sejak kedua putranya masih kecil. Bermain dua peran sebagai kepala keluarga juga karena almarhum suami sering pergi dinas ke luar kota. Tak perlu terkejut bagaimana cara Nirmala mengetahui latar belakang keluarga Nina sebab Haidar dan Banyu telah bercerita serta menanyakan bagaimana langkah penyelesaian masalah saat sifat gadis itu akan berubah.
Haidar masih menatap tautan tangan yang menyatu. Berusaha berfikir positif dan menghilangkan perasaan egois. Tak perlu di jelaskan bahwa sudah berapa kali pula ia selalu melihat dari berbagai sisi. Menjalin hubungan dengan seseorang yang latar belakangnya sedikit hancur memang terkadang ada rintangannya sendiri. Tak di pungkiri Haidar menyukai hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lencana SK
FanfictionTrigger warning [Mental illness] : Post Traumatic Stress Disorder, Self Harm, Anxiety Disorder, Overthinking, and Feeling useless. Haechan's Alternate Universe Tentang Karenina, si gadis asal kota Bandung yang sering menampakkan wajah datar. Memilik...