Rasa-rasanya aku seperti mengikuti
sebuah pertandingan. Yang aku tidak
tahu hadiah apa yang akan di
dapatkan nantinya. Yang terpenting
perhatianmu teralihkan hanya
kepadaku seorang.-Haidar Dewangga
🍂
Sepertinya Nina sudah menjadi seseorang yang berlangganan—lupa membawa uang kecil untuk membayar barang belanjaannya di tempat fotokopi kampus fakultasnya ini. Mengetahui bahwa tempat fotokopi ini saat pagi belum memiliki uang kembalian membuat Nina sedikit kelimpungan. Bagaimana tidak, bahkan lihat saja wajahnya saat ini.
Nina yang memasang wajah tidak enaknya sedang Kang Ujang—orang yang diketahui memiliki tempat fotokopi itu hanya memasang senyum ramah. "Kalo nggak ada uang kecil besok aja nggak apa-apa, Teh," ucapnya berusaha menenangkan Nina. "Kayak sama siapa aja, Teteh juga masih kuliah di sini kan?" Kang Ujang terlihat menghibur Nina.
"Tapi saya teh nggak enak, Kang. Masa pagi hari udah kasbon aja," gurau Nina. "Tunggu sebentar deh, Kang, saya cari lagi di selipan dompet, siapa tau ada duitnya," ucap Nina yang kembali membuka dompetnya dihadapan wajah Kang Ujang. Sedang laki-laki itu hanya terkekeh pelan melihat kelakuan Nina.
Seperkian detik kemudian, Nina kembali mengangkat wajahnya dengan lesu. Membuat Kang Ujang berseru, "Tuhkan, dibilang nanti aja bayarnya. Ngeyel pisan si Teteh."
"Tapi Ka—"
"Pake uang saya aja, Kang."
Baik Nina ataupun Kang Ujang yang berada di sana terkejut, hampir saja mengumpat kata kasar. Bagaimana tidak, melihat kedua pemuda tampan yang menyerukan kalimat serupa. Jangan lupakan tangan kanan mereka ikut berpartisipasi dalam menyodorkan lembar uang 20 ribu kepada Kang Ujang.
Sedang Haidar dan Rendy saling melempar tatapan bingung. Seperkian detik kemudian tatapan mereka berdua berubah menjadi tajam. Seperti tidak ingin kalah dalam pertarungan, bola mata keduanya membara. Membuat Nina keheranan, ada apa dengan tatapan yang sangat tidak biasa itu?
"Haidar, Rendy?" panggil Nina yang berusaha mengalihkan antesi dari kedua pemuda itu. Haidar duluan lah yang memutuskan tatapan tajamnya, menolehkan kepala lalu melempar senyum lebar kepada Nina. "Kamu lupa bawa uang kecil lagi ya," tebaknya yang tentu saja benar.
"Kalo gitu pake—"
"Uang aku aja, Kala," potong Rendy cepat. Tanpa sadar membuat Haidar menarik napas panjang sembari berdecih pelan di dalam hati. Tidak terima ucapannya dipotong begitu saja. "Uang aku aja, Nina," balas Haidar sembari menatap Rendy sengit.
"Ck! Uang aku aja, Kala." Rendy membalas tatapan itu tak kalah sengit. Sedang Nina melempar pandangan bingung kepada Kang Ujang di depannya. Seakan bertelepati—keduanya menanyakan ada apa dengan kedua laki-laki ini. Kang Ujang pun membalas dengan gidikan bahu tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lencana SK
FanfictionTrigger warning [Mental illness] : Post Traumatic Stress Disorder, Self Harm, Anxiety Disorder, Overthinking, and Feeling useless. Haechan's Alternate Universe Tentang Karenina, si gadis asal kota Bandung yang sering menampakkan wajah datar. Memilik...