Hari ini entah perasaanku saja
atau memang benar adanya.
Kamu terlihat aneh, tidak seperti biasa.
Lebih memilih untuk mengunci diri
dari keramaian. Dan juga menutup
mulut agar tidak banyak berbicara.-Maraka Gahar Wijaya
🍂
Haidar menggulung tumpukan kertas putih yang berada di tangannya yang di sinyalir sebagai berkas dari anggota Himpunan. Ia berjalan dengan langkah pelan melewati parkiran kampus sembari bersenandung lagu kopi dangdut yang belakangan ini sedang viral di salah satu aplikasi Tiktok milik kakaknya—Banyu.
Melihat keberadaan Nina yang tengah duduk seorang diri tepat di bawah pohon rindang membuat Haidar tersenyum lebar, seperkian detik kemudian laki-laki itu mengernyit bingung kala ada yang terlihat berbeda dari Nina.
"Nina kenapa ya?" tanya Haidar khawatir kepada diri sendiri.
Tidak ingin memusingkan pertanyaan yang banyak timbul di otak, Haidar memutuskan untuk mengikuti apa kata hatinya saja. Ia berjalan mendekat ke arah Nina. Berusaha sekuat mungkin agar tidak menghasilkan suara dari derap langkahnya.
Sepertinya kegiatan yang sedang Haidar lakukan berhasil, melihat Nina yang tidak terganggu sama sekali. Gadis itu asik melamun seorang diri. Memainkan jari-jemarinya dengan pandangan mata kosong ke arah depan.
Haidar juga bahkan sempat meringis pelan kala melihat wajah Nina yang tampak seperti zombie. Lingkaran hitam di sekitar mata gadis itu benar-benar mengganggu pemandangan mata.
Haidar masih menunggu beberapa menit supaya Nina menyadari keberadaannya di situ. Tetapi nihil, membuat laki-laki itu sekali lagi menghela napas pelan sebelum berbicara.
"Nggak baik melamun sendirian," ujar Haidar dengan fokus mata yang terarah ke arah depan. Mendengar suara yang tidak asing itu membuat Nina menolehkan kepala cepat. Hampir saja dirinya memekik kuat sebab terkejut.
Nina mengelus dadanya pelan, dan menyumpah serapahi Haidar di dalam hati sebelum ia menjawab ucapan yang dilontarkan oleh laki-laki itu. "Jadi maksud kamu, aku harus melamun rame-rame begitu?" tanya Nina dengan senyum kecil yang tersemat di wajahnya.
Membuat Haidar tertawa pelan, baru pertama kali ini ia melihat senyum kecil Nina di tengah wajah kemurungan gadis itu. "Ya bukan begitu juga caranya, Nina... Kamu lagi pusing ya?" tanya Haidar pelan.
Nina menolehkan kepalanya sebelum menjawab. "Keliatan banget ya?" tanyanya yang dijawab Haidar dengan anggukan kepala. "Iya, Nin. Kantong mata kamu menghitam," ujar Haidar memberi tahu.
Nina lagi-lagi tersenyum kecil menanggapi ucapan yang dilontarkan oleh Haidar. Sebenarnya apa yang dikatakan laki-laki itu mengenai wajah dan kantung matanya yang menghitam memang benar. Nina yang beberapa hari belakangan ini jarang tidur dan lebih memilih begadang untuk mengurus beberapa hal. Belum lagi tambahan pikiran akan adiknya—Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lencana SK
FanfictionTrigger warning [Mental illness] : Post Traumatic Stress Disorder, Self Harm, Anxiety Disorder, Overthinking, and Feeling useless. Haechan's Alternate Universe Tentang Karenina, si gadis asal kota Bandung yang sering menampakkan wajah datar. Memilik...