LSK 2.5 Belajar bersama

220 89 19
                                    

Sosok yang berada di dalamfigura itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sosok yang berada di dalam
figura itu...
Aku dulu memilikinya,
sebelum akhirnya ia pergi
dan menghilang karena memilih
untuk bersama orang lain.

-Kanaya Puspita

🍂

Samudera menyugar rambut mangkoknya. Sekali-sekali bercermin diri dihadapan kaca spion motor N-Max keluaran baru miliknya. Perlu diketahui bahwa saat ini ia sedang menunggu seorang gadis. Yang tidak lain adalah Kanaya Puspita. Rupanya tawaran yang waktu itu diberikan Samudera untuk Naya tidak ditolak secara cuma-cuma.

Ide Naya yang mencetuskan untuk menyuruhnya menunggu di depan gerbang kompleks perumahan dituruti oleh Samudera. Dengan alasan bahwa gadis itu merasa tidak enak karena akan merepotkan. Padahal sebenarnya Naya hanya malu terhadap Nina dan juga Maraka.

Samudera tersenyum kecil saat menatap Naya lewat kaca spion motornya. Gadis itu yang berjalan dengan wajah menunduk seakan menghalau sinar matahari pagi mengenai area permukaan wajahnya. Seakan tidak menyadari kehadiran Samudera yang sedang berdiri, Naya melewati laki-laki itu dengan motornya begitu saja.

"Nay," panggil Samudera yang berusaha menetralkan air mukanya.

Mendengar panggilan nama yang disuarakan membuat Naya menolehkan kepalanya cepat. "Samudera?" tanyanya. "Udah nunggu dari tadi?"

Samudera yang diberikan pertanyaan seperti itu menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak kok, baru aja sampe." Bohong, Samudera sudah menunggu sejak pukul 6 lewat 30 menit yang lalu. Sebab sangking semangatnya ingin mengajari Naya di rumahnya yang hanya di isi oleh mereka berdua.

Naya tampak mengangguk saat mendengar jawaban yang dilontarkan oleh ketua dikelasnya tersebut. Sebelum keberadaan helm berada tepat dihadapan wajahnya, hampir membuat ia terperanjat sebab terkejut. "Dipake," titah Samudera yang segera menaiki motornya tanpa memperdulikan Naya yang masih kebingungan.

Samudera kembali menolehkan kepalanya ke samping dan menghela napas pelan. Saat matanya menangkap pergerakan tangan Naya yang terlihat kesulitan untuk mengaitkan tali helm. "Pake helm aja nggak bisa," ejek Samudera sembari tersenyum miring. Hal itu berhasil mengundang decakan malas Naya.

"Bukan nggak bisa tapi helm kamu nih! Rusak, masa dari tadi aku ngaitin nggak bisa-bisa," cecar Naya. Samudera yang kembali menginjakkan kakinya ke permukaan tanah, berniat untuk membantu Naya. Bersentuhan antara dagu dan kulit tangan Samudera yang dingin membuat darah milik Naya berdesir hebat.

Hampir saja dirinya kehilangan akal, sebab jantung ingin berhenti mendadak. Juga sapuan napas hangat milik laki-laki yang berada di depannya ini bertabrakan dengan aroma parfum maskulin. "Tuh, bisa. Kamu aja yang terlalu manja!" ujar Samudera.

"Manj—"

"Maaf, Dek. Kalo hayang berantem teh jangan di sini nyak."

Perdebatan pun terpaksa harus selesai kala seruan dari seorang penjaga cafe yang memergoki mereka sedang bertengkar di pekarangan depan parkiran. Membuat Samudera segera menarik gas motornya dan melaju dengan kencang membelah jalanan padat Kota Bandung.

Lencana SKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang