LSK 3.9 Bersua dan ingatan pahit

190 32 94
                                    

Ini bukan hanya tentang perasaan sakit di hati, juga kenyataan serta ingatan pahit yang selalu menyelimuti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini bukan hanya tentang perasaan sakit di hati, juga kenyataan serta ingatan pahit yang selalu menyelimuti. Pada dasarnya, aku hanya ingin bertemu walau sekali. Meskipun akhirnya aku kembali memutar badan dan berlari menjauh supaya tidak merasakan sakit yang terus menggerogoti.

-Kalan Aditama

🍂

Naya mengangkat tumpukan buku tulis yang berada di atas meja, saat ini dirinya lengkap bersama Samudera, yang sejak tadi selalu mengintili kemana ia pergi sedang berada di ruang guru. Pagi hari ini jadwal kelas XII IPA 1 adalah pelajaran olahraga. Kegiatan yang sangat dibenci oleh para gadis di sekolahan.

Naya yang diperintahkan oleh Pak Damitri—guru olahraga tersebut seusai kelas mata pelajaran ini selesai untuk mengambil buku berisi tugas yang telah dinilai kemarin. Tidak banyak tumpukan buku yang berada di atas meja itu, tetapi tetap saja Samudera ingin membantu.

"Aku bisa sendiri, Sam," kata Naya sembari memposisikan buku-buku itu di atas kedua tangannya supaya tidak terjatuh.

"Kamu tuh aneh ya, Nay?" tanya Samudera dengan tangan yang siap siaga mengambil alih sebagian buku di atas tangan Naya.

"Hah? Aneh gimana?" Kerutan di dahi Naya semakin dalam kala pernyataan Samudera yang menyebut dirinya aneh sampai di indera pendengaran.

"Dimana-mana orang yang mau dibantuin itu biasanya seneng, lah ini kamu doang yang nolak." Samudera mengatakan hal itu secara terang-terangan. Bagaimana cara Naya menolak seluruh niat baik Samudera di pagi hari ini untuk membantunya membawakan buku.

Naya sempat terkekeh pelan di saat langkah mereka menuju kelas beriringan. "Bukannya nolak, Samudera. Tapi bukannya kamu lagi buru-buru buat hadirin rapat olimpiade Matematika plus Sains?"

Samudera sempat berpikir sebentar serta memberi jeda sebelum ia akhirnya menjawab pertanyaan dari Naya dengan santai. "Gampang itu mah," katanya.

Merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, keduanya berjalan menuju kelas dengan keadaan hening. Hal itu berlangsung hanya selama beberapa menit. Karena tepat saat ketika segerombolan para siswa/siswi berlari keluar kelas dengan kecepatan brutal hampir membuat Naya menjatuhkan buku-bukunya.

"Eh, Gio sebentar!" Samudera yang merasa bingung harus terpaksa menjegat salah satu siswa yang ikut berlari ke arah depan sana. "Naon sih? Kok pada lari-lari kitu nya?" tanyanya.

"Katanya sih ada murid baru, Sam," jawab Gio seadanya.

"Cewek apa cowok?" tanya Naya yang ikut penasaran.

"Cowok, Nay. Tapi katanya geh orangnya gemesin pisan." Gio menjawab dengan nada menggebu-gebu, membuat Naya sempat mundur selangkah ke arah belakang. Samudera menggelengkan kepala pelan saat melihat tingkah Gio yang persis seperti cacing kepanasan. Bagaimana cara laki-laki itu menyebutkan bahwa ada murid baru dengan sikap yang menggemaskan.

Lencana SKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang