Putus atau lanjut? Itu mungkin menjadi sebuah jawaban dan juga pilihan yang berat. Akan kembali menimbulkan luka serta ketakutan yang mendalam untuk menjalin cinta. Juga rasa benci terhadap diri sendiri karena tidak dapat melawan ego di hati.
-Maraka Gahar Wijaya
🍂
"Kamu kenapa lagi, Kala?"
"Aku bingung... dan aku juga takut."
"Apa yang harus kamu bingungin terus takutin?"
"Tentang hubungan yang lagi aku jalin sama Haidar... aku takut ending-nya bakal sama kayak kejadian di masa lalu dengan Rendy."
Maraka menarik napas berat, membuang asal arah pandangannya tepat ke jendela balkon—menghadap langsung ke arah langit senja bewarna kekuningan. Perlu di ketahui bahwa saat ini Nina dan Maraka tengah membicarakan terkait sebuah perasaan yang sedang sepupunya alami. Bukan tanpa alasan Maraka bertanya demikian karena sejak beberapa hari yang lalu, Haidar terus mengiriminya pesan.
Bertanya bahkan juga memberitahu tentang sikap Nina yang sedikit berubah. Tidak membalas pesan, sedikit cuek bahkan kembali menjauh tanpa sebuah alasan yang jelas. Mungkin pada saat itu Haidar benar-benar sangat bingung sehingga ia tak memiliki jalan lain selain bertanya dengan Maraka—apakah Nina sedang terjerat dalam masalah?
Bahkan juga Maraka sangat paham dengan tabiat kedua manusia tersebut. Berusaha memahami dari berbagai sisi, ia juga melempar rasa kasihan terhadap Haidar karena posisinya selalu seperti ini sejak pertama kali menjalin hubungan dengan Nina. Berbeda keadaan dengan Maraka yang tengah menarik napas—berupaya meredam emosi lantaran perkataannya. Nina terlihat menundukkan kepala, melihat papan ranjang tempat tidurnya seraya menghalau beberapa pikiran yang sedang berkecamuk di otak.
Lagi, perasaan takut itu kembali datang. Nina selalu merasa tidak percaya dengan orang-orang bahkan yang sudah dekat sekalipun. Ketakutan akan kembali di tinggal pergi, membuat Maraka dan beberapa orang lainnya sedikit kesulitan untuk menghapus pikiran tersebut yang sudah berakar di kepala Nina.
Sepuluh menit menutup mulut, tak ada yang saling melempar candaan atau perkataan, hanya demi meluruhkan sebuah emosi juga kecanggungan. Mengangkat kepala seraya menatap lurus sinar senja yang semakin menggelap. Maraka menatap Nina dengan keadaan tangan bertaut.
"Jalan terbaiknya mending kamu putus aja."
Siapa sangka bahwa yang mengucapkan kalimat sakral tersebut adalah Maraka? Seorang laki-laki yang selama ini selalu menjadi support system Nina sejak mereka masih berada di dalam kandungan? Agaknya, Nina juga sedikit terkejut sehingga ia tanpa sadar mengangkat kepala cepat dengan bulir-bulir air mata yang siap jatuh. Tidak terima dengan ide yang baru saja di cetuskan walau sebenarnya segala sikap Nina sudah membuat semua orang lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lencana SK
FanfictionTrigger warning [Mental illness] : Post Traumatic Stress Disorder, Self Harm, Anxiety Disorder, Overthinking, and Feeling useless. Haechan's Alternate Universe Tentang Karenina, si gadis asal kota Bandung yang sering menampakkan wajah datar. Memilik...