Terlalu banyak kepahitan yang menjadi scenario dalam drama kehidupan ini, ketika beberapa anak dikatakan beruntung karena dibesarkan dari keluarga yang utuh, sisanya lebih beruntung karena diberi hati dan tulang yang kuat untuk berusaha sendiri.
-Emyr Shahim Wijaya
🍂
"Tante bisa minta tolong jangan kasih tau Teh Kala tentang hal ini? Naya nggak mau semuanya jadi tambah kacau. Sudah cukup kemarin dia ngurung dirinya sendiri dari keramaian dan bersikap seolah-olah dialah penyebab kekacauan sama hancurnya keluarga."
Yasmine memijat pelipisnya bingung, begitu pula Shahim—sang suami yang selalu setia memikirkan bagaimana nasib mental serta fisik dari kedua keponakannya di masa depan nanti. Kembali mengingat perkataan Naya beberapa waktu lalu. Tentang gadis itu yang memohon untuk tak memberitahu Nina pasal masalah yang sempat dihadapinya kemarin di sebuah mall.
Mata sembab Yasmine menjadi bukti bahwa ia benar-benar menyayangi kedua gadis cantik itu meskipun mereka tidak keluar dari rahimnya. Mengingat tentang perjalanan hidup Nina dan Naya yang di paksa harus menjadi dewasa sejak usia remaja, tanpa kehadiran seorang ayah dan tentunya ibu yang malah sibuk menghilangkan rasa sakit di hati. Tanpa sadar malah membuat luka baru tepat di relung buah hati.
Menjadikan sepasang suami istri ini harus mengemban tugas lebih—mendidik serta berperan menjadi ayah dan ibu bagi Nina dan Naya.
Shahim masih setia dengan pergerakan utamanya—menatap seorang wanita atau juga saudara sedarah yang sedang duduk dan menundukkan kepala di hadapan wajahnya. Kamila—ibu dua anak tersebut seolah merasa bahwa ia adalah peran terjahat di cerita ini. Menurunkan pandangan sedalam mungkin supaya tak menatap manik sang adik. Bahkan pertanyaan yang Shahim lontarkan pun tak mampu ia jawab.
"Coba bilang sama aku, apa alasan Kakak bersikap kayak begini terhadap Kala ataupun Naya. Jelasin pelan-pelan supaya kami juga bisa mengerti dari sisi lain." Rahang yang mengeras serta kepalan tangan kuat menjadi bukti bahwa Shahim benar-benar hampir kehabisan akal terhadap kelakuan sang kakak. Meskipun ajuan surat cerai di masa lampau di restui oleh Shahim karena pada dasarnya mereka tidak pernah akur serta kelakuan mantan kakak ipar sangat menyakiti ketiga hati orang yang di cintainya. Namun tetap saja Kamila juga berandil sebagai orang bersalah di sini.
Melepas tanggung jawab sebagai seorang ibu dengan alasan sibuk bekerja dan memulihkan perasaan di hati. Namun ternyata, ia juga malah menjalin kasih kepada lelaki lain tanpa sepengatahuan kedua putrinya. Meskipun sekali lagi Yasmine dan Shahim paham bahwa itu adalah hak privasi sang kakak. Namun tetap saja bahwa luka yang berada di hati kedua anaknya belum sepenuhnya sembuh.
Menyeka sudut mata dengan kasar, Kamila masih enggan menjawab.
"Kenapa sekarang Kakak diem? Kehabisan akal buat gimana caranya kasih kejelasan serta alasan sama kami berdua untuk terus nutupin semua masalah yang kamu buat?!" Pecah sudah emosi yang sejak tadi Shahim tahan. Mengganti kata tunjukan menjadi—kamu, Yasmine kini berusaha menahan emosi sang suami dengan memegang pergelangan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lencana SK
FanfictionTrigger warning [Mental illness] : Post Traumatic Stress Disorder, Self Harm, Anxiety Disorder, Overthinking, and Feeling useless. Haechan's Alternate Universe Tentang Karenina, si gadis asal kota Bandung yang sering menampakkan wajah datar. Memilik...