LSK 1.6 Sajak malam

360 124 16
                                    

Di gelap luasnya malam,di bawah hamparan bintangserta bunyi jangkrik dan katakseakan meminta hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di gelap luasnya malam,
di bawah hamparan bintang
serta bunyi jangkrik dan katak
seakan meminta hujan. Kau
duduk tepat di belakang tubuhku
memegang erat jaketku sebab angin
malam terus menghantam kulit putihmu.

-Haidar Dewangga

🍂

Sungguh demi Tuhan, Juna, Nara serta Leo bersama Jillian saling melempar tatapan bertanya. Menanyakan perihal sikap Haidar yang sejak sore tadi hingga malam ini terus tersenyum sepanjang rapat hima berjalan. Bahkan tadi Dirga sempat bertanya kepada mereka ber-empat.

"Temen kalian kenapa?" tanya Dirga dengan raut wajah bingung. "Dari tadi senyum terus, habis kerasukan ya?" tanyanya. Mengetahui mulut Dirga yang sangat suka ceplas-ceplos tanpa di saring perkataannya membuat Nara menggidikkan bahu sebagai tanda tidak tahu.

"Kurang tau, Bang. Tapi memang sehabis dia selesai sarapan pagi di kantin kerjaannya senyum terus, ngeri ih." Nara merinding sendiri membayangkan sikap Haidar sepanjang hari ini.

Dirga menggelengkan kepala pelan, menepuk bahu adik-adik tingkatnya sebelum hengkang untuk kembali ke rumah masing-masing. "Ya udah atuh, jangan lupa Haidarnya dibacain ayat-ayat suci Al-Qur'an. Biar setannya pada hilang," ucap Dirga asal.

Haidar masih terus tersenyum saat ini. Ia yang sedang memakai sepatu sembari melihat lapak parkiran di depan aula yang penuh dengan motor-motor serta mobil milik anak-anak anggota Himpunan. Tempat yang biasanya dijadikan sebagai tempat tongkrongan dan basecamp mereka saat sedang memikirkan jalan keluar dari permasalahan dan program kerja hima.

Menyadari bahwa sebelah sisi kirinya sedang di isi seseorang membuatnya menoleh sebentar. Haidar memejamkan mata erat, itu Nina. Gadis cantik yang sayangnya berwajah datar sedang memakai sepatu juga.

"Nina mau pulang?" tanya Haidar berbasa-basi. Membuat Nina menolehkan kepala dan bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan laki-laki ini. "Iya atuh, masa aku nginep," jawab Nina segera bangkit dari duduknya.

Sedang Nara bersama Juna yang duduk di belakang mereka berdua mengernyitkan kening heran. Saling melempar tatapan bertanya, seperkian detik kemudian keduanya mengangguk paham dengan senyum tertahan.

"Iya, maksudnya pulang sama siapa? Sekarang udah malem, jangan naik angkutan umum atau ojek online deh," saran Haidar.

Juna menepuk dahi Nara kencang. Membuat temannya itu meringis. "Sakit, anjir!" Nara mengumpat pelan. "Temen maneh gelo ih!" dengus Juna sembari menjambak rambutnya dengan gemas.

"Ya jangan tepuk kepala urang tapi!"

"Oh, aku pulang sama Maraka," jawab Nina dengan senyum tipis dan mata yang kembali menatap gawai. Haidar menjatuhkan bahunya lemas. Laki-laki itu lagi rupanya. Saingannya terlalu berat.

Lencana SKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang