Kita berbicara pasal hal baru.
Terus mencoba walau dihadapkan
kenyataan pahit, terus mencoba
walau hasil yang keluar tidak seperti
yang diharapkan. Sebab itulah
kehidupan.-Bening Ayu
🍂
"Kala ada di rumah?"
"Nina ada di rumah?"
Pertanyaan serupa itu. Dirga lah sebagai orang pertama yang merespon ucapan dari kedua adik tingkatnya. Hanya dengan satu kata sebab ia masih merasa takjub dengan kejadian barusan. "Wow..." seru Dirga sembari menutup mulutnya yang hampir terbuka lebar.
"Ada apa nih?" tanya Khalif yang baru saja datang dari arah dapur. Pemuda tampan itu tampak kesulitan membawa dua buah piring yang penuh berisi gorengan pastel. Haidar dan Rendy saling melempar pandangan serta sorot mata bingung sebelum akhirnya berubah menjadi tajam seperti apa yang mereka lakukan tadi pagi.
Merasa sedang berada di dalam sebuah pertarungan. Haidar maupun Rendy sama-sama ingin menang, walau mereka berdua sebenarnya tidak mengetahui apa maksud dan tujuan dari ini. Sedang Maraka menaikan sebelah alisnya karena terlampau bingung ingin merespon seperti apa. "Nina pasti ada dan selalu di rumah," jawab Maraka.
Dirga masih menatap Haidar dan Rendy secara bergantian serta lekat sebelum akhirnya ia menyuruh Maraka untuk pulang dan membelikan apa yang Naya titipkan lewat telepon tadi. "Pulang dulu aja, gih," titah Dirga.
Maraka mengangguk mengiyakan, menatap seluruh para bujangan yang terlihat kembali asik dengan dunia mereka. Mengucapkan kata pamit serta terima kasih untuk waktu luang mereka yang menyempatkan untuk bermain hari ini di tengah kesibukan tugas kuliah serta Himpunan.
Maraka mengarahkan netranya kepada kedua laki-laki yang sejak tadi menanyakan hal serupa pasal Nina kepada dirinya. Tersenyum tipis dan menepuk bahu keduanya sebelum akhirnya Maraka hengkang dari sana. "Nina... nggak pernah kemana-mana."
—
Hari telah berganti menjadi malam. Di ruang dapur yang terletak di bagian belakang rumah itu terdapat dua manusia yang duduk saling berhadapan. Ialah Banyu serta Ayu. Wanita cantik yang tengah mengandung itu melempar sorot mata sendu kepada suaminya. "Tapi bukan aku yang minta, Mas," ujar Ayu.
"Yang lain aja atuh, Yang, permintaannya," pinta Banyu dengan wajah yang memelas. Sedang Ayu terlihat memalingkan wajahnya lantaran permintaan dari sang jabang bayi tidak dipenuhi. Mengabaikan serta mendiamkan Banyu.
Ayu menampakkan binar matanya saat melihat Haidar yang turun dari lantai atas. Pemuda tampan itu masih asik memegang dan memperhatikan gawainya di saat kaki asik melangkah dan menuruni tangga. Haidar hampir saja terjungkal saat Ayu yang tiba-tiba memanggil dirinya dengan kencang.
"Dek!"
"Astagfirullah, Mbak. Kenapa?" tanya Haidar khawatir. Ia langsung melepas earphone yang terpasang di telinga. Menggeletakkan gawai secara asal di atas meja makan. Sedang Ayu sudah kembali menampakkan senyum lebarnya. Berlainan dengan wajah sang suami—Banyu meringis pelan seiring kedua tangan disatukan kedepan. Persis seperti orang yang memohon.
"Nggak apa-apa. Mbak pengen sesuatu, Dek," seru Ayu sembari netranya mengikuti kemana arah Haidar berjalan. Rupanya pemuda itu berjalan menuju sebuah kulkas di ujung sana. Membukanya lalu mengambil sebuah botol yang berisi air dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lencana SK
FanfictionTrigger warning [Mental illness] : Post Traumatic Stress Disorder, Self Harm, Anxiety Disorder, Overthinking, and Feeling useless. Haechan's Alternate Universe Tentang Karenina, si gadis asal kota Bandung yang sering menampakkan wajah datar. Memilik...