Stela duduk memandang dirinya di cermin. Saat ini dia berada di kamar hotel, tempatnya tidur selama satu minggu belakangan. Vincent masih berada di lobi hotel, menunggu Candra mengantarkan pakaiannya.
Stela dan Vincent akan berbulan madu singkat terlebih dahulu di hotel, sebelum terbang ke London. Pada akhirnya Stela memutuskan untuk mengajak suaminya ke Green Park agar bisa melakukan terapi.
"Gue beneran udah nikah sama Vincent?" gumam Stela pada diri sendiri.
"Ini lagi nggak mimpi, 'kan?" Seperti biasa dia mencubit diri sendiri, memastikan ini bukan mimpi.
Dia ingat bagaimana gentle-nya Vincent saat mengucapkan kalimat kabul ketika akad nikah. Pria itu sama sekali tidak melakukan kesalahan. Kalimat yang diucapkan fasih dan lugas.
"Aduh," lirih Stela saat tubuhnya kembali menghadirkan rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Gila, sekarang first night gue. Perut gue jadi geli-geli, bisiknya dalam hati sambil menghapus make-up yang menghias wajahnya.
Stela melepaskan bulu mata yang dipasangkan oleh Rizma tadi pagi. Setelahnya dia membersihkan area mata. Gadis itu harus membersihkan make-up terlebih dahulu, sebelum suaminya datang.
Belum selesai membersihkan riasan, seorang pria telah memasuki kamar sembari memegang travel bag kecil. Stela menoleh ke arah pintu dan melihat Vincent tersenyum kepadanya.
"Maaf kamu jadi lama nungguin saya," ucap Vincent memasukkan travel bag ke dalam lemari.
"Iya, nggak pa-pa. Aku juga belum kelar bersihkan make-up," sahut Stela mengulas senyum gugup.
"Saya mandi dulu ya," ujar Vincent setelah mengeluarkan baju kaus dan celana pendek yang biasa dikenakannya sehari-hari.
Stela mengangguk pelan sambil mengembuskan napas lega. Paling tidak dia bisa mengulur waktu sebelum menunaikan kewajiban sebagai istri. Stela kembali melihat ke cermin dengan menangkupkan telapak tangan di dada bagian kiri. Terasa jelas jantungnya kini berdebar tak karuan.
Selesai membersihkan riasan, Stela beranjak menuju lemari dan mengambil pakaian ganti. Tangannya kini sedang memegang gaun tidur yang dibelikan oleh Santi.
"Ingat, kamu harus pakai ini saat malam pertama." Begitulah kalimat yang diucapkan oleh sahabatnya.
Emang gue harus pake ini ya? Nggak bisa pake yang biasa aja? tanyanya pada diri sendiri.
Kepalanya kemudian menggeleng. Stela kembali meletakkan gaun itu dan mengambil piyama bermotif Mickey Mouse yang baru saja dibelinya.
Tak lama terdengar pintu kamar mandi terbuka. Stela memalingkan paras ke pintu kamar mandi dan melihat Vincent keluar dari sana. Matanya langsung terpejam saat melihat pria itu keluar tanpa mengenakan penutup tubuh bagian atas.
Vincent tersenyum melihat ekspresi istrinya yang belum terbiasa melihatnya bertelanjang dada. Dia melangkah mendekati Stela, lalu menarik pinggangnya ke depan.
"Sampai kapan kamu tutup mata lihat saya begini?" bisiknya di telinga Stela.
Gadis itu merinding saat merasakan napas Vincent menggelitik telinga. Jantungnya kembali cepat memompa darah, sehingga berlarian hangat di sekujur tubuh.
"Buka mata kamu, Stela." Vincent menarik lagi pinggang Stela ke depan, sehingga tubuh mereka kini merapat.
"Eh?" Mata cokelat lebar Stela kini terbuka.
"Saya sudah halal untuk kamu lihat dan sentuh. Kenapa masih tutup mata?" tanya Vincent tersenyum nakal.
Tangan kanan Vincent kini bergerak ke arah pinggir leher istrinya. Pandangan mata elangnya beralih ke bibir tipis Stela yang tidak lagi dilapisi lipstik. Dia membuka sedikit bibirnya sebelum mendekatkan kepala dengan menundukkan tubuh, karena jarak tinggi yang cukup jauh di antara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MAN IN A TUXEDO (TAMAT)
RomanceFollow akun penulis dulu yuk, sebelum dibaca ^^ *** Stela tak pernah membayangkan menikah dengan seorang penderita Anterograde Amnesia. Kontrak menjadi psikiater pribadi keluarga Oliver, tak hanya membuatnya harus menyamar sebagai sekretaris pribadi...