BAB 47: Rencana Besar Stela

1.7K 160 2
                                    

Stela menyelipkan rambut di belakang telinga, sebelum memasang kuda-kuda. Dengan sigap dia melompat dua kali sebelum melayangkan Aidan Dollyo Chagi (tendangan depan ke arah perut, istilah Taekwondo) pada pria yang ingin menyerang Vincent. Dia juga menarik tangan pria satunya yang ingin menyerang dirinya, kemudian menerjang dengan teknik Dwi Chagi (tendangan belakang). Saat pria lainnya mendekat, Stela kembali membonggol dengan memberikan Pyojeok Jireugi (pukulan dengan target) di hidung.

Meski sudah lama tidak berlatih Taekwondo, kekuatan tendangan dan pukulan Stela masih kuat. Coba bayangkan kaki pendeknya sekarang naik ke leher pria pertama dan memutar tubuhnya, sehingga pria itu terhempas lagi ke tanah. Beruntung hari itu dia mengenakan celana jeans, sehingga gerakannya masih bisa leluasa.

Vincent ternyata tidak tinggal diam melihat istrinya mulai kewalahan menghadapi tiga orang pria. Bagaimanapun yang dihadapinya saat ini adalah laki-laki yang tenaganya jauh lebih besar dari Stela. Dia juga menarik tangan dua penjahat itu, kemudian membenturkan kepala mereka.

Kedua penjahat tersebut merasakan pusing dengan tubuh terhuyung seakan tersungkur ke lantai. Secepatnya mereka berdua lari dari sana. Sementara satu penjahat lagi masih berada dalam sekapan Stela dengan tubuh menghadap ke tanah, kedua tangan dan kaki telah dikunci sehingga tidak bisa lagi bergerak.

"Kenapa kalian serang kami berdua?" tanya Stela dengan nada meninggi.

Pria itu diam.

"Ngomong nggak lo?! Gue tahu kok lo orang Indonesia, bukan orang Inggris," desak Stela semakin menarik tangannya ke belakang membuat pria itu meringis.

Orang itu bergeming, tak mau memberi jawaban.

"Percuma, Sayang. Kamu suruh ngaku nggak bakalan mau. Mereka sepertinya pembunuh bayaran," tutur Vincent memberikan kode kepada Stela agar beranjak dari atas tubuh pria itu.

Sebelum beranjak, Stela menarik rambut atas orang itu ke belakang, lantas melepaskannya dengan kesal. Pria tersebut sudah tampak kewalahan setelah dihajar olehnya, wajah berlumuran darah dan juga terdapat memar di sana.

"Bilang sama yang bayar kalian. Berhenti buntuti kami apapun tujuannya. Saya bisa saja melaporkan kejadian ini kepada polisi setempat. Paham?" tegas Vincent sebelum melepaskan orang itu.

Lelaki itu segera berdiri dan lari terbirit-birit meninggalkan mereka berdua.

"Kenapa dilepasin sih?" protes Stela dengan wajah kesal.

"Biar dia sampaikan itu sama orang yang suruh mereka, Sayang."

Vincent mengamati istrinya dari atas hingga bawah. "Kamu bisa bela diri?"

Stela tersenyum awkward. "Bisa dong. Sabuk hitam level tiga Taekwondo."

"Wow!" Pria itu menatap kagum istrinya. "Ternyata ini hal lain yang saya tidak tahu dari kamu, Stela."

"Kamu nggak pernah baca kontrak sih. Di situ 'kan jelas tertera selain jadi psikiater dan sekretaris gadungan, aku juga dibayar jadi bodyguard kamu loh," papar Stela sambil menaik-naikkan kedua alis.

Vincent mengangkat kedua tangan Stela dan memerhatikannya.

"Tapi kamu nggak apa-apa, 'kan? Punggung tangan kamu merah," tanyanya memastikan Stela tidak terluka.

"Nggak pa-pa kok. Udah biasa merah kayak gini, namanya juga habis hajar orang," jawab Stela menatap Vincent sambil tersenyum.

"Siapa ya orang-orang tadi?" Kening Vincent berkerut saat berusaha memikirkan motif penyerangan. "Ada yang aneh. Apa saya punya musuh sebelumnya? Atau ada kaitannya dengan kejadian yang menyebabkan saya menderita penyakit ini?"

A MAN IN A TUXEDO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang