Green Park, London
Winter in London
Setelah melakukan perjalanan hampir seharian, akhirnya Vincent dan Stela tiba di London. Beruntung mereka berangkat menggunakan jet pribadi milik keluarga Oliver, sehingga bisa tiba lebih cepat di negeri Queen Elizabeth, karena tidak perlu lagi transit di Amsterdam berlama-lama.
Stela semakin memantapkan hati untuk melanjutkan terapi agar ingatan Vincent pulih kembali, seperti yang disarankan oleh Dokter Donny dua hari yang lalu. Apalagi sekarang sang Suami masih ingat dengannya.
Kini mereka berdua telah tiba di apartemen yang ada di daerah Mayfair. Rencananya Stela dan Vincent akan stay di London selama tiga hari dan sisanya di Dunster.
"Pegal?" tanya Vincent saat Stela selesai menata pakaian di lemari.
"Dikit sih. Mungkin karena nggak terbiasa perjalanan jauh," jawabnya sambil memijat bahu hingga lengan.
"Sini saya pijat," kata Vincent mengulurkan tangan.
"Nggak ah, nanti kamu pijatnya ke mana-mana lagi," tolak Stela meringis.
"Ya boleh 'kan kalau pijat ke mana-mana. Kamu istri saya, sudah halal kok." Vincent menyipitkan mata sebagai bentuk protes. "Ayolah, Sayang. Sini saya pijat. Serius saya pijat bahu kamu dulu, baru yang lainnya."
"Tuh 'kan bener. Kamu mesum banget deh."
Dalam hitungan detik Vincent sudah menarik istrinya mendekat, sehingga terduduk di kasur. Stela sekarang berada di antara kedua pahanya. Dia memijat bahu wanita itu pelan dan lembut.
"Bagaimana rasanya? Enak?"
Stela mengangguk. "Kamu punya bakat jadi tukang pijat juga ternyata ya?"
"Masa sih? Saya pijatnya asal kok."
"Asal aja rasanya enak banget. Langsung kendor nih otot."
"Otot kamu kendor, tapi ada yang tegang nih sekarang," goda Vincent berbisik di telinga Stela.
"Kan apa aku bilang." Stela menoleh ke belakang sambil menarik napas singkat.
Vincent memandang sayu ke arah bibir Stela, kemudian menyesapnya. Suami istri itu saling berpagutan bibir satu sama lain dalam waktu yang lama.
"Kamu nggak mau istirahat dulu?" Stela bertanya setelah tautan bibir mereka terlepas.
Pria itu menggelengkan kepala sambil menurunkan risleting blus yang dikenakan Stela. Vincent merebahkan tubuh istrinya di kasur, lalu mencumbunya. Mereka kembali berkelana ke negeri di atas awan. Bersyukur keduanya bisa mendarat lagi dengan selamat ke bumi. Kalau tidak, mungkin sudah babak belur sampai di bawah. Haha!
"Nggak bosan ya kamu," bisik Stela setelah keduanya terkapar.
"Mana bisa bosan sama kamu, Sayang," balas Vincent mencubit hidung istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MAN IN A TUXEDO (TAMAT)
RomanceFollow akun penulis dulu yuk, sebelum dibaca ^^ *** Stela tak pernah membayangkan menikah dengan seorang penderita Anterograde Amnesia. Kontrak menjadi psikiater pribadi keluarga Oliver, tak hanya membuatnya harus menyamar sebagai sekretaris pribadi...