BAB 52: Peristiwa yang Terlupakan

2.2K 167 7
                                    

WARNING!!

Mengandung konten DEWASA dan adegan KEKERASAN. Mohon bijak dalam menentukan pilihan dalam membaca.


Flashback ON

Seorang pria tampak berdiri di depan flat apartemen. Sebuah senyuman terukir di wajahnya menanti pintu dibuka dari dalam. Tak perlu menunggu lama, pintu itupun tersingkap.

Mata elangnya segera menangkap sesosok wanita cantik berwajah mungil dengan mata hitam pekat kecil. Sepasang gigi berukuran besar dan panjang di bagian tengah terlihat saat senyuman terulas di paras cantiknya. Sesaat kemudian wanita berambut panjang tergerai indah itu berkacak pinggang.

"Udah dibilang jangan datang, masih datang juga," protesnya tanpa diiringi raut wajah kesal. Wanita itu malah tersenyum sambil menggelengkan kepala.

"Habis rindu, nggak tahan ingin bertemu dengan calon istri," goda Vincent sambil melangkah memasuki flat.

"Besok masih bisa ketemu, Pin-pin. Bandel banget dibilangin." Wanita bernama Kirania itu melangkah menuju ruang tamu. "Lagian pamali ketemu di malam pernikahan."

Vincent memeluk erat wanita itu dari belakang. "Nggak ada ciuman selamat datang nih?" bisiknya di telinga Kirania.

Kirania melonggarkan pelukan, kemudian memutar balik tubuh. Dia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan calon suaminya.

"Kamu ini susah ya dibilangin. Kalau terjadi apa-apa dan kita nggak jadi nikah besok gimana?" cetusnya menatap gemas Vincent.

"Eh, kok doanya seperti itu sih? Seram amat." Vincent menatap lekat wajah cantik yang tidak pernah membuat bosan mata memandang.

Jarinya kini membelai lembut pinggir wajah wanita itu. Perlahan kepalanya mendekat, sehingga jarak di antara kedua wajah mereka mulai terpangkas. Bibir Vincent menyentuh lembut bibir mungil nan indah milik Kirania. Sentuhan itu berganti dengan lumatan dan isapan. Keduanya mulai larut dengan ciuman yang dibalut dengan cinta.

Kirania memegang tangan Vincent saat ingin menyelinap masuk ke dalam baju kaus yang dikenakan. Dia langsung melepaskan tautan bibir, kemudian menggelengkan kepala. Semburat khawatir terpancar di wajahnya.

"Kenapa? Besok kita akan menikah, 'kan?"

Kirania menelan ludah dengan ekspresi gugup. "Besok aja ya? Kita bisa menunggu besok, Pin," risiknya.

Pinpin adalah panggilan kesayangan yang disematkan oleh Kirania untuk Vincent.

Desahan pelan keluar dari sela bibir Vincent sambil mundur satu langkah ke belakang. Kepalanya terkulai lesu ke samping dengan bibir mengerucut.

"Ya sudah. Saya akan tunggu sampai besok." Pria itu mengusap pelan dada sendiri sambil bergumam, "Sabar, Vin. Sabar."

"Kamu udah makan malam belum? Mau aku masakin apa?" tawar wanita itu.

Vincent menggelengkan kepala. "Saya nggak lapar. Ke sini hanya kangen sama kamu saja."

"Mau minum?"

Pria itu kembali menggeleng. "Karena sudah ketemu, saya mau pamit dulu. Sampai ketemu besok, Kiran."

"Kamu ngambek ya?" tuduh Kirania mengacungkan jari telunjuk ke wajah Vincent.

"Enggak. Saya memang mau pulang kok. Katanya nggak boleh ketemu dulu."

Kirania berdecak. "Ya sudah. Hati-hati ya. Sampai ketemu besok, Calon Suami."

Vincent beranjak menuju pintu flat. Entah kenapa hatinya terasa berat meninggalkan Kirania di sana sendirian. Dia kembali memutar tubuh menghadap wanita itu.

A MAN IN A TUXEDO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang