BAB 15: Politikus Bernama Bastian Ervin

2.4K 216 3
                                    

Seperti yang telah diusulkan oleh tim kreatif acara Bincang Senayan, TV-O akan menghadirkan politikus muda Bastian Ervin yang sedang digandrungi oleh para kaum milenial terutama yang berjenis kelamin perempuan. Tak hanya wanita muda, kaum Emak-emak juga mengidolakannya. Tampan, muda, karir cemerlang, dermawan dan terlihat rendah hati membuat sosoknya menjadi pusat perhatian.

Vincent meluangkan waktu untuk datang melihat langsung interview yang akan diadakan di kantor DPR Senayan. Dia ingin memastikan acara ini berjalan dengan semestinya, agar bisa menaikkan rating acara untuk slot malam.

"Ready?" tanya Vincent pada Stela.

"Ya. Sekarang udah bisa jalan cepat, karena pake flat shoes." Stela mengulurkan kaki memperlihatkan flat shoes berwarna cokelat muda yang dikenakan.

"Good," sahut Vincent singkat sembari membuka pintu, kemudian berdiri di sana menunggu Stela keluar.

Pagi-pagi setelah bangun tidur, Stela menghampiri kamar Vincent mengingatkan kunjungan ke lokasi syuting acara Bincang Senayan pagi ini. Dia mulai terbiasa dengan aktivitas rangkapan yang telah dilakoni selama sebulan.

"Kamu sudah cek harga tiket pesawat ke Padang untuk weekend ini?" ujar Vincent setelah berada di dalam mobil.

Candra melihat sekilas ke belakang melalui spion tengah.

"Kok inget?" Stela menoleh ke kanan dengan raut wajah kaget.

Vincent mengangkat ponsel lalu menggoyang-goyangkannya. "Sengaja pasang reminder setiap hari biar nggak lupa."

Stela menundukkan kepala tersenyum kucing. "Belum, entar aja ceknya."

"Cek sekarang, Stela. Nanti kalau tiketnya habis gimana?"

Stela segera mengeluarkan ponsel dan mencari jadwal penerbangan lengkap dengan harganya di aplikasi penjualan tiket online.

"Tenang. Tiketnya nggak akan habis kok. 'Kan lagi nggak liburan," sahut Stela santai.

Mobil perlahan memasuki area parkir khusus tamu di Gedung Nusantara I DPR Senayan. Setelah mobil berhenti dengan sempurna, Vincent dan Stela turun dari mobil. Candra menyusul beberapa menit kemudian.

Setelah melewati pengawasan ketat dan interview dengan penjaga keamanan juga resepsionis, mereka bertiga naik ke lantai lima belas tempat ruangan Bastian Ervin berada. Kru produksi telah berada di sana, menyiapkan segala keperluan syuting. Acara bukan siaran langsung, sehingga tidak perlu mengadakan syuting pada malam hari sesuai dengan jadwal tayang Bincang Senayan.

Dalam lima menit, mereka sudah berada di depan pintu ruang kerja Bastian Ervin, anggota DPR termuda fraksi PPR (Partai Pro Rakyat). Pintu ruangan dibuka oleh ajudannya.

"Silakan masuk, Pak Vincent. Bapak Bastian sudah menunggu di dalam," sambut ajudannya.

"Terima kasih," sahut Vincent tersenyum singkat sambil melangkah ke dalam ruangan.

Para kru telah memasang perlengkapan syuting.

Seorang pria mengenakan setelan jas lengkap tampak duduk di balik meja kerja yang berukuran besar. Dia berdiri sambil mengulas senyum saat melihat Vincent masuk ke ruangan.

"Selamat datang, Bapak Vincent Oliver," sambutnya hangat mengulurkan tangan setelah berjalan mendekati Vincent.

Vincent tersenyum, menyambut uluran tangan Bastian. "Terima kasih atas sambutannya, Pak Bastian. Terima kasih juga telah bersedia kami wawancarai untuk edisi kali ini."

"Silakan dilanjutkan kembali persiapannya. Saya akan berdiri diam di sana, tidak mau mengganggu syuting," sambung Vincent tersenyum singkat.

Vincent melangkah ke sisi belakang ruangan, lantas duduk di kursi yang telah disediakan di sudut ruangan. Stela mengekor di belakang, sedangkan Candra memilih berada di luar ruangan agar tidak terlalu ramai.

A MAN IN A TUXEDO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang