BAB 41: Rencana Memiliki anak

2.3K 159 0
                                    

Stela dan Vincent memilih sarapan di restoran hotel terlebih dahulu, sebelum berangkat ke rumah sakit. Omelette daging, nasi goreng, secangkir kopi, segelas susu hangat dan dua botol air mineral telah tersaji di atas meja.

"Aku baru tahu kamu nggak suka sarapan yang berat-berat," cetus Stela melihat suaminya menyuapkan potongan omelet ke dalam mulut.

Vincent segera menelan omelette yang dikunyahnya. "Sejak dulu saya nggak terlalu suka sarapan berat. Bisa bikin ngantuk dan tubuh nggak fit.

Stela menyuap satu sendok nasi goreng seafood yang dipesannya. "Ternyata banyak yang aku belum tahu tentang kamu."

"Pelan-pelan saja, Sayang. Saya juga harus tahu lebih banyak lagi tentang kamu." Vincent membelai rambut pendek sebahu Stela. "Saya nggak sabar pengin mencicipi masakan kamu."

Wanita itu langsung tersedak mendengar perkataan suaminya. Segera diraih air mineral lalu meminumnya.

"Kenapa, Sayang?" tanya Vincent cemas.

Stela menggelengkan kepala sambil memukul pelan dada sendiri. "Aku nggak apa-apa."

Dia menjepit bibir beberapa saat sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Aku ... nggak bisa masak," akunya pelan, "tapi kalau masak mie instan bisa."

Kedua alis Vincent naik ke atas merespons pengakuan istrinya. "Kalau begitu nanti kamu masak mie instan untuk saya saja. Kita bisa makan mie instan sebelum main."

"Main COD?"

Vincent menggelengkan kepala, kemudian mendekatkan bibir ke telinga istrinya. "Main yang lebih menantang dari COD dong."

Kening Stela auto berkerut tak paham.

"Main sama kamu dong, Sayang. Nggak ngerti juga?"

Stela langsung meraih gelas susu, lalu meneguknya hingga habis. Kalimat Vincent barusan membuat tenggorokannya mendadak kering. Haha!

Vincent menggeser kursinya ke depan Stela, lalu berbisik lagi, "Kenapa? Kamu tiba-tiba jadi panas ya?"

"Vin, kita lagi di tempat umum loh sekarang," protes Stela dengan wajah mengerucut di sela tubuh yang terasa merinding karena sentuhan napas Vincent di telinga.

Sebuah cubitan gemas diberikan di pipi Stela. "Gemas lihat kamu begini. Naik lagi ke atas yuk!" ajak Vincent mengerling ke luar restoran.

Stela menggelengkan kepala dengan tegas. "Nggak bisa! Kita harus bertemu Dokter Donny sekarang."

Pria itu menarik napas panjang pasrah mendengar perkataan istrinya. Setelahnya, mereka berdua segera menghabiskan sarapan.

Vincent mengulurkan tangan menyambut istrinya berdiri begitu mereka duduk sejenak setelah menandaskan sarapan. Stela langsung meraih tangannya dengan tersenyum manis. Seperti diperlakukan layaknya seorang putri sungguhan dengan pangeran tampan berdiri di hadapan.

"Habis dari dokter, kita langsung kembali ke hotel ya?" bisiknya di telinga Stela.

"Iya, Sayang," sahut Stela mengernyitkan wajah.

"Rasanya saya bahagia banget punya istri kayak kamu, Stela. Walau baru kenal satu tahun, tapi seperti sudah kenal kamu lama."

"Masa sih?"

Vincent menganggukkan sambil menarik pinggang Stela mendekat, sehingga mereka berdua berjalan dengan tubuh yang tak berjarak.

"Banyak kesamaan di antara kita, itu yang buat saya nyaman dan merasa kamu bagian dari diri saya," ungkap Vincent.

A MAN IN A TUXEDO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang