I know I can't survive
Another night away from you
You're the reason I go on
And now I need to live the truthI Surrender - Celine Dion
Tiga hari kemudian
Stela berdiri tak jauh dari ruang ICU tempat Vincent dirawat intensif. Dia baru bisa melihat suaminya, setelah Widya pergi dari sana.
Selama tiga hari belakangan, seperti inilah wanita itu berkunjung ke rumah sakit. Candra mengirimkan jadwal berkunjung Widya, sehingga Stela bisa leluasa melihat Vincent.
Setelah memastikan Widya pergi, Stela bergegas berjalan menuju pintu masuk tempat Vincent dirawat. Beruntung dirinya kenal dengan perawat yang ditugaskan menjaga pria itu, jadi lebih memudahkan baginya berkunjung.
"Selamat pagi, Dokter Stela," sapa perawat begitu Stela memasuki ruang perawatan Vincent.
"Pagi, Suster. Gimana keadaan suami saya pagi ini?" tanya Stela melangkah mengambil perlengkapan pengunjung ICU sebelum mendekati Vincent.
Stela mengambil pakaian khusus untuk pengunjung ruang ICU dan mengenakannya. Tak lupa juga menutupi kepalanya dengan topi khusus dan memasang masker.
Perawat itu menarik napas lesu. "Masih sama seperti sebelum-sebelumnya, Dok. Belum ada perkembangan."
Stela mengangguk sambil menarik kursi, lalu duduk di samping kanan ranjang. Dia memandang wajah suaminya yang masih diam dengan ventilator, selang makanan, infus dan kateter terpasang di tubuhnya. Wanita itu menggenggam erat tangan Vincent dan memberi kecupan di punggungnya.
"Kamu nggak mau tanya tiga hari ini aku nginap di mana?"
Tangan kiri Stela bergerak membelai puncak kepala Vincent.
"Aku nginap di kosan Santi. Ngerecokin dia tuh tiap malam," celoteh Stela tersenyum kecut.
"Tahu nggak? Tiap malam aku cariin kamu, Vin. Aku kangen kamu peluk sambil tidur. Kangen ciuman selamat malam dan selamat pagi dari kamu juga. Kangen dengar canda tawa kamu," sambung Stela mulai terisak.
"Kangen semuanya, Vin. Kadang kalau lagi kangen banget, aku main COD dan berkhayal lagi main bareng kamu juga," lirihnya bergetar.
Stela memejamkan mata saat air mata ingin berlarian di pipi.
"Maaf, Dok," ucap perawat memberikan satu baskom kecil berisi air hangat, lengkap dengan handuk kecil.
Wanita itu langsung menoleh ke kanan, kemudian tersenyum tipis. "Makasih ya," balasnya menerima baskom kecil.
Stela memeras handuk kecil agar air yang diserap berkurang. Perlahan, dia menyeka wajah Vincent dengan handuk. Senyum samar tergambar di wajahnya saat melihat ketampanan sang Suami yang tidak berkurang meski matanya terpejam.
Tangannya bergerak membersihkan telinga Vincent. Kepala Stela tiba-tiba mendekat ke samping kanan kepalanya.
"Nanti kalau kamu bangun, kita bercinta di bath-up seperti keinginan kamu, mau nggak?" bisiknya pelan agar tidak terdengar oleh perawat yang berjaga.
Desahan pelan keluar di sela bibir saat suaminya tidak merespons sama sekali. Dia kembali melanjutkan aktivitas membersihkan badan, tangan dan kaki pria itu. Baru tiga hari terbaring di rumah sakit, otot di tubuh Vincent tampak berkurang. Lagi-lagi Stela hanya bisa menahan diri untuk tidak menangis di depan suaminya.
Perawat berkerudung yang bertugas menjaga Vincent, mengamati Stela dengan tatapan iba. Dia tahu bagaimana periangnya wanita itu dulu, tapi sekarang berubah menjadi lebih pendiam dengan wajah sendunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MAN IN A TUXEDO (TAMAT)
RomansaFollow akun penulis dulu yuk, sebelum dibaca ^^ *** Stela tak pernah membayangkan menikah dengan seorang penderita Anterograde Amnesia. Kontrak menjadi psikiater pribadi keluarga Oliver, tak hanya membuatnya harus menyamar sebagai sekretaris pribadi...