Kepala Vincent perlahan mundur ke belakang setelah tautan bibir mereka terlepas. Senyuman kembali tergambar di wajah Stela yang masih terlihat pucat. Tilikan mata pria itu beralih ke arah kalung berliontin bunga mawar. Di sana juga tergantung sebuah cincin, seperti cincin pernikahan.
Vincent melihat jari kanan Stela, kemudian beranjak melihat cincin dengan bentuk serupa, namun berbeda ukuran. Dadanya terasa sesak ketika ingat pernah melempar cincin itu ke lantai sesaat setelah sadar.
Mulut Vincent terbuka lebar saat merasakan udara mendadak lenyap di sekitar. Dia mengambil napas sebanyak-banyaknya sehingga dada bidang itu naik turun. Pria itu melangkah ke luar ruangan, lalu mengeluarkan ponsel.
"Halo, Can. Bisa ke rumah sakit sekarang? Ada yang mau saya pastikan sama kamu," kata Vincent setelah mendapatkan jawaban dari Candra.
"Saya tunggu di kamar tempat Stela dirawat," pungkasnya sebelum mematikan sambungan.
Vincent mengerang pelan sambil mengusap wajah menahan dada yang terasa nyeri. Bayangan kejadian waktu dia mendorong Stela kembali terlintas. Dengan langkah gontai Vincent kembali memasuki ruangan dan mematut lama wanita yang masih tidur nyenyak itu.
"Apa benar kamu istri saya, Stela? Kapan kita menikah? Kenapa saya nggak ingat sama kamu?" lirihnya pelan menahan air yang mulai berdesakan keluar dari pelupuk mata.
Sepuluh menit kemudian, Candra tiba di rumah sakit.
"Pak?" panggil Candra dari pintu kamar.
Mata sipitnya menatap sendu bosnya yang tampak kusut. Vincent memberi kode kepada Candra agar masuk dan berbicara di balkon, karena tidak bisa meninggalkan Stela sendirian di kamar.
Candra menundukkan kepala dalam, tak berani melihat bosnya. Mata elang Vincent melihat laptop yang berada di dalam pangkuan asistennya.
"Bisa jelaskan kepada saya apa yang sebenarnya terjadi, Candra? Siapa Stela? Apa hubungannya dengan saya? Kenapa saya merasa ada sesuatu di antara kami berdua?" cecar Vincent berusaha menahan volume suaranya karena tidak mau membangunkan Stela.
Candra menarik napas panjang sebelum meletakkan laptop yang dibawa di atas meja.
"Jawabannya ada di dalam laptop, Pak. Sebaiknya Bapak melihat video-video ini daripada mendengarkan cerita dari saya, karena Bapak tidak akan percaya," jelas Candra sambil membuka komputer lipat itu.
Dua menit kemudian, file-file berisi video rekaman Stela dan Vincent tampil di layar. Pria itu segera membuka video pertama. Dalam hitungan detik rekaman gambar dirinya bersama dengan Stela sebelum menonton saat awal keduanya dekat terputar di sana.
Vincent beralih melihat video kedua. Rekaman dirinya sendiri yang mengatakan sedang jatuh cinta kepada Stela. Video itu diambil beberapa menit setelah Stela beranjak dari kamarnya waktu itu.
Video ketiga menampilkan gambar saat Vincent melamar Stela di kamar. Air mata turun tanpa bisa ditahan lagi. Dia masih melanjutkan ke video berikutnya. Rekaman prosesi akad nikah mereka.
Video-video tersebut memang sengaja dibuatkan dalam satu file oleh Stela, agar bisa mempermudah Vincent ingat jika suatu saat lupa siapa dirinya.
Setelah menyelesaikan video keempat, Vincent mengalihkan pandangan kepada Candra yang berdiri di samping. Asistennya menganggukkan kepala, membenarkan apa yang ada di pikirannya.
"Stela adalah istri Bapak dan anak yang di dalam kandungannya saat ini adalah anak Pak Vincent," ungkap Candra tercekat.
Vincent memejamkan mata, kemudian mengusap wajahnya. Dia berusaha mengingat lagi kenangan dengan Stela. Kepalanya terasa sakit saat memanggil lagi memori yang hilang. Meski begitu, Vincent masih tetap berusaha mengenang apa yang sempat hilang darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MAN IN A TUXEDO (TAMAT)
RomanceFollow akun penulis dulu yuk, sebelum dibaca ^^ *** Stela tak pernah membayangkan menikah dengan seorang penderita Anterograde Amnesia. Kontrak menjadi psikiater pribadi keluarga Oliver, tak hanya membuatnya harus menyamar sebagai sekretaris pribadi...