Flashback Off
Satu minggu kemudian
Sepasang mata elang tampak mengerjap pelan saat matahari merambat melalui celah tirai kamar berukuran besar. Vincent menaikkan tangan kanan menghalangi sinar mentari yang menyapa wajahnya. Dia meregangkan tubuh, sebelum beranjak ke posisi duduk.
Desahan pelan keluar dari sela bibir, karena selama satu minggu ini hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan kegiatan berarti. Hari ini dia telah memutuskan untuk membuka kembali file investigasi tentang siapa Bastian sebenarnya. Setelah hal itu terkuak, maka akan mudah baginya menyeret pria itu ke penjara dengan kasus pembunuhan Kirania.
Tidak ada kesedihan sedikitpun terpancar di wajahnya saat ini. Pengkhianatan wanita itu telah memangkas habis rasa cinta yang pernah tertanam di dalam dirinya. Meski begitu, kejahatan yang dilakukan oleh Bastian harus mendapat balasan.
Vincent mengambil ponsel dari atas nakas, kemudian menghubungi Candra.
"Halo, Can. Temui saya di ruang kerja tiga puluh menit lagi," ujarnya setelah mendapatkan jawaban dari Candra.
Pria itu menengadahkan kepala melihat ke arah plafon. Lagi desahan pelan terdengar mengudara saat merasakan ada yang hilang setiap kali terbangun dari tidur belakangan ini. Hatinya juga terasa hampa. Setelah menghalau perasaan itu, Vincent beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sepuluh menit kemudian, dia keluar lagi dengan handuk melingkar di pinggang. Sebelum mengenakan pakaian, Vincent berdiri di depan cermin dan mematut tubuhnya yang mulai berisi lagi meski belum sepenuhnya kembali berotot. Kilat bayangan seorang wanita berambut pendek sedang menyeka tubuhnya dengan handuk, melintas di pikiran.
"Apa itu yang baru saja melintas?" gumamnya pelan kemudian menggelengkan kepala.
Selesai berpakaian, Vincent langsung beranjak ke luar dari kamar menuju ruang kerja. Saat ingin berjalan ke kiri, kakinya justru melangkah ke arah berlawanan menuju kamar yang dulu ditempati Stela. Dia berdiri di sana selama lima menit, tanpa melakukan apapun.
"Bapak sedang apa di sana?" sapa Candra melihat Vincent hanya berdiri mematung di depan pintu kamar tempat Stela tidur dulu.
Vincent terkesiap lalu menoleh ke tempat Candra berdiri. Dia menggelengkan kepala sambil mengusap tengkuk dengan raut wajah bingung.
"Entahlah. Beberapa hari belakangan saya sering melakukan hal-hal aneh, salah satunya seperti tadi," ungkap Vincent beranjak menuju ruang kerja.
Candra menarik napas panjang karena tahu alam bawah sadar Vincent merasakan kehadiran Stela dalam hidupnya. Oleh karena itu, dia masih melakukan kebiasaan saat Stela masih berada di sana. Buktinya setelah mandi, pria itu berkunjung ke kamar yang pernah ditempati oleh istrinya dulu.
Setelah berada di dalam ruangan, Vincent duduk di balik meja yang biasa digunakan untuk bekerja, sedangkan Candra duduk di seberangnya.
"Bagaimana kabar Bapak pagi ini?" tanya Candra setelah mengamati Vincent yang tampak lebih segar dari sebelumnya.
"Not bad, but not good," jawabnya sambil mengambil sesuatu dari brankas.
Vincent menyerahkan dua amplop cokelat berukuran besar yang cukup tebal kepada Candra.
"Hasil investigasi Bastian Ervin yang pernah saya lakukan diam-diam dengan beberapa reporter." Dia menggerakkan ujung dagu ke arah amplop tersebut.
"Di dalamnya ada data reporter yang pernah terlibat dan di mana mereka bekerja sekarang. Tolong hubungi mereka dan minta bekerja di perusahaan lagi," sambungnya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MAN IN A TUXEDO (TAMAT)
RomanceFollow akun penulis dulu yuk, sebelum dibaca ^^ *** Stela tak pernah membayangkan menikah dengan seorang penderita Anterograde Amnesia. Kontrak menjadi psikiater pribadi keluarga Oliver, tak hanya membuatnya harus menyamar sebagai sekretaris pribadi...