BAB 43: Keanehan Pada Vincent

2.1K 168 0
                                    

Stela menjepit bibir saat sebelum merespons perkataan Vincent.

"Maaf ya. Ada pembahasan yang hanya bisa dibicarakan sesama dokter. Nanti kalau ada sesuatu aku kasih tahu kamu," ujar Stela kemudian.

Vincent menganggukkan kepala, kemudian mempersilakan Stela ke ruangan sebelah. Beruntung mereka saat ini menginap di hotel bintang lima yang memiliki ruangan lain, selain kamar.

Stela segera kembali menghubungi Dokter Donny.

"Maaf baru bisa hubungi lagi, Dok. Tadi harus cari tempat buat ngobrol dulu, sehingga telat angkat," ucap Stela, "jadi gimana, Dok?"

"Setelah menganalisa pola pikiran Pak Vincent, saya menarik kesimpulan apa yang menyebabkannya tidak ingat dengan Kirania. Dia berusaha mengubur kenangannya dengan Kirania karena dianggap terlalu menyakitkan. Bisa jadi karena kejadian naas itu, sehingga Pak Vincent melakukan pertahanan diri dan mengakibatkan seluruh kenangan dengan Kirania hilang tak berbekas.

"Berbeda dengan kenangan bersama kamu, Stela. Baginya kebersamaan denganmu adalah masa-masa terindah yang ingin dikenangnya. Pak Vincent sangat mencintai kamu, sehingga keinginan untuk mengingatmu sangat kuat. Dari hal ini, saya menarik kesimpulan rasa cintanya kepada kamu lebih besar dibandingkan Kirania," jelas Dokter Donny panjang lebar di telepon.

Stela tersenyum kucing mendengarkan kalimat terakhir yang diucapkan dokter Donny. Sesaat kemudian kepalanya bergerak ke kiri dan kanan dengan cepat.

"Bukannya malah Kirania yang dicintainya sehingga menimbulkan trauma mendalam, Dok?" tanya Stela penasaran.

"Saya tidak tahu persis, Stela. Itu hanya prediksi saya. Ada sesuatu yang membuat Pak Vincent ingin menghapus semua kenangan dengan Kirania. Dia bahkan tidak ingat sedikitpun tentang wanita itu, 'kan?"

Stela mengangguk meski Dokter Donny tidak melihatnya. "Benar, Dok. Tapi Vincent bereaksi saat melihat fotonya waktu itu."

"Ya, kepalanya sakit setiap melihat foto orang yang berhubungan dengan Kirania. Seperti luapan emosi yang tidak biasa," tanggap pria itu.

Stela mengedarkan pandangan ke pembatas dinding ruangan, memastikan Vincent tidak mencuri dengar percakapannya dengan Dokter Donny.

"Dok, ada satu lagi yang membuat Vincent berikan reaksi serupa ketika bertemu dengan seseorang."

"Bertemu siapa, Dokter Stela?" Terdengar nada penasaran di suara Dokter Donny.

"Bastian Ervin," sahut Stela berbisik pelan.

"Bastian Ervin, anggota DPR termuda itu?" Dokter Donny memastikan.

"Benar. Beberapa saat setelah bertemu dengannya di Senayan, kepala Vincent langsung sakit. Dari yang saya amati, sepertinya mereka pernah bertemu sebelumnya, Dok," ungkap Stela.

"Berapa kali mereka bertemu?"

"Tiga kali dengan hari ini, Dok."

"Reaksinya?"

"Pertemuan kedua dan ketiga nggak ada reaksi berarti, hanya tegur sapa. Cuma tadi kayaknya Vincent cemburu," jelas Stela tertawa pelan.

Dokter Donny berdecak. "Silakan dilanjutkan terapinya, Dokter Stela. Coba pancing ingatannya tentang Kirania. Tapi ingat jika kepalanya sakit lagi, langsung stop."

"Oke, Dok. Saya akan coba semaksimal mungkin," pungkas Stela sebelum panggilan berakhir.

Pandangan Stela menatap nanar ke arah televisi yang ada di depan. Dia memikirkan apa yang membuat Vincent ingin melupakan kenangannya dengan Kirania?

Kalau gue cinta sama orang, pasti akan berusaha sekuat tenaga mengingatnya. Tapi kenapa Vincent berusaha menghapus kenangan dengan Kirania? Oke, bisa jadi karena kejadian itu sangat tragis jadinya dia ingin melupakan Kirania. Apa mungkin—

A MAN IN A TUXEDO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang