Wajahmu selalu terbayang
Dalam setiap angan
Yang tak pernah bisa hilang
Walau sekejapIngin selalu dekat denganmu
Enggan hati berpisah
Larut dalam dekapanmu
Setiap saatOh, kasih, janganlah pergi
Tetaplah kau selalu di sini
Jangan biarkan diriku sendiri
Larut di dalam sepiKasih Jangan Kau Pergi - Yura Yunita
Sudah dua jam Vincent duduk menyandar di headboard tempat tidur. Sejak tadi malam dia tidak bisa tidur, karena wajah Stela selalu menari di pelupuk mata. Keningnya berkerut memikirkan, kenapa wanita yang baru ditemuinya kemarin siang selalu menghiasi pikiran?
"Aku Stela, istri kamu."
Kalimat itu kembali terngiang di telinga bagaikan kaset kusut yang diputar berulang-ulang.
"Apa dia wanita yang sama? Ah, saya nggak ingat persis gimana wajah wanita yang pertama kali saya lihat waktu pertama kali sadar," gumam Vincent.
Pria itu memejamkan mata beberapa saat sambil mengucapkan nama Stela berkali-kali. Dia seperti pernah mendengar nama tersebut jauh dari sebelum sadar. Tapi di mana?
Vincent memutuskan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya dia mengenakan kemeja non formal dipadu dengan celana katun yang biasa dikenakan untuk bepergian selain ke kantor.
Pria itu terdiam mematut dirinya di cermin. Keningnya berkerut memikirkan beberapa kemungkinan siapa Stela. Rupanya pertemuan singkat kemarin mulai mengusik jiwa seorang Vincent Oliver.
Tak lama kemudian dia bergegas turun ke lantai bawah, lalu mengambil kunci mobil di tempat penyimpanan. Vincent bergegas menuju garasi mengeluarkan mobil.
"Mau ke mana, Mas?" tegur sekuriti melihat Vincent membuka garasi pagi-pagi.
"Mau pergi sebentar, Mang. Boleh tolong bukakan gerbang?"
Sekuriti itu bergeming, ragu membukakan gerbang utama atau tidak?
"Mang, tolong bukakan gerbangnya," pinta Vincent lagi sebelum membuka pintu mobil.
Sekuriti segera membuka gerbang utama, agar mobil yang akan dikendarai Vincent bisa lewat. Dalam hitungan menit, mobil mercedes benz berwarna silver itu meninggalkan pekarangan rumah keluarga Oliver. Ini adalah pertama kali baginya mengendarai mobil, setelah peristiwa nahas itu terjadi.
"Saya harus memastikannya," bisik Vincent pada diri sendiri.
Pukul 06.00 jalanan Jakarta masih sepi, sehingga Vincent bisa tiba di rumah sakit dalam waktu lima belas menit. Setelah memarkir mobil, dia bergegas berjalan menuju lobi bagian kebidanan yang dikawal ketat oleh sekuriti karena belum waktunya berkunjung.
"Maaf, Pak. Waktu besuk masih satu jam lagi," ujar sekuriti melarang Vincent masuk.
Vincent terdiam beberapa saat mencari cara agar bisa masuk ke ruangan tempat Stela dirawat.
"Saya datang mau menggantikan adik yang menjaga istri saya, Pak. Sebentar lagi adik saya harus bersiap kerja," kata Vincent berbohong.
"Pasien atas nama siapa dan kamar nomor berapa?" selidik sekuriti.
"Nama istri saya Stela," jawab Vincent terdiam sebentar saat mengingat nomor kamar Stela, "kamar VIP1."
"Nama Bapak?"
"Vincent Oliver," sahutnya memberitahukan nama yang sebenarnya.
"Tunggu sebentar, Pak. Saya cek ke bagian resepsionis dulu," pinta sekuriti beranjak ke meja tempat telepon berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MAN IN A TUXEDO (TAMAT)
RomanceFollow akun penulis dulu yuk, sebelum dibaca ^^ *** Stela tak pernah membayangkan menikah dengan seorang penderita Anterograde Amnesia. Kontrak menjadi psikiater pribadi keluarga Oliver, tak hanya membuatnya harus menyamar sebagai sekretaris pribadi...