Beberapa hari bekerja sebagai sekretaris palsu CEO, Stela mulai merasa bosan, meski Vincent memberikan akses bebas untuknya bermain game, menonton film atau melakukan hal lainnya, selama tidak mengganggu konsentrasinya ketika bekerja. Dia rindu bekerja di rumah sakit melayani pasien-pasien dengan segala keluhan tentang kejiwaan yang mereka rasakan.
Sabtu pagi setelah membersihkan diri, Vincent mengajaknya duduk di taman belakang sambil bermain COD.
"Mau main mode apa? Battle Royale?"
"Boleh. Berdua aja?"
"Lihat dulu ada berapa orang teman clan yang online. Kalau nggak ya random by system. Mati konyol kita nanti kalau ketembak dua-duanya." Vincent tertawa singkat dengan pandangan mulai fokus ke layar ipad.
Bagai dapat durian runtuh, pria itu membelikan Stela sebuah ipad khusus untuk bermain game agar tidak bosan selama berada di kantor. Harganya? Jangan ditanya lagi.
"Kamu nggak beli bundle hero? Lagi diskon tuh, bonus senjata canggih pula," kata Vincent sambil mengecek anggota clan yang online.
"Males. Buat apa buang-buang duit buat game." Stela mulai log-in game.
"Sebentar." Vincent mengeluarkan ponsel dari saku. Entah apa yang dilakukannya, setelah beberapa menit menyentuh layar benda pipih itu dengan jari.
"Nih, masukin." Pria itu menyodorkan ponsel kepada Stela.
"Apaan?" Stela melihat dengan kening berkerut.
"Voucher Google Play. Nggak asyik punya partner yang heronya nggak keren."
Stela berdecak, "Ck! Yang penting cara main, bukan heronya." Meski begitu dia tetap menerima ponsel dan memasukkan kode voucher ke akun Google Play miliknya.
"Thanks ya," ucapnya tersenyum senang.
"Gitu dong. Jadinya imbang. Hero dan senjata bagus." Vincent mencari ID game Stela. "Saya pengin tahu kamu mainnya gimana. Bagus atau nggak?"
"Jangan malu-maluin clan," sambungnya setelah menambahkan Stela ke dalam clan sebelum mulai bermain game.
"Tenang. Nggak bakal malu-maluin kok. Paling bikin nama clan tercemar doang," balas Stela terkekeh.
Mereka berdua memulai pertualangan di dunia per-COD-an, memilih game dengan mode Battle Royale. Ini adalah mode yang paling disenangi oleh players game ini.
Seluruh player akan mencari tempat landing yang bagus terlebih dahulu, setelah itu mencari senjata dan amunisi untuk persiapan perang. Pemain harus menembak musuh setiap bertemu tanpa memberi ampun. Grup yang bisa bertahan hingga akhir, itulah pemenangnya.
"Stela ambil senjata yang ada di gudang dulu," ucap Vincent saat mereka telah landing di Pipeline.
"Oke," sahut Stela dengan tatapan fokus ke arah layar ipad.
Keduanya mulai larut dalam permainan game sambil sesekali berteriak saat musuh muncul di depan hero mereka. Bermain mode Battle Royale memang memacu adrenalin, terutama ketika safe zone menyusut. Hero harus berlari mencari tempat yang aman sebelum safe zone menyusut.
"Naik mobil, Stela. Itu ada musuh di sebelah kanan. Cepetan!" Seru Vincent.
Saat bermain seperti ini, dia terlihat sangat normal. Beruntung pria itu masih ingat dengan permainan yang hampir dua tahun ini dimainkan, tepat sebelum kejadian yang tak hanya merenggut nyawa calon istrinya, tapi juga sebagian ingatannya. Bahkan kini tak dapat mengingat kejadian baru dalam waktu yang lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MAN IN A TUXEDO (TAMAT)
RomansFollow akun penulis dulu yuk, sebelum dibaca ^^ *** Stela tak pernah membayangkan menikah dengan seorang penderita Anterograde Amnesia. Kontrak menjadi psikiater pribadi keluarga Oliver, tak hanya membuatnya harus menyamar sebagai sekretaris pribadi...