Lala menatap datar, naskah dihadapannya tanpa semangat. Entah mengapa pikirannya masih melayang pada kejadian tadi malam. Ano dan Zora.
"Udah siap La?"
Lala tersentak membuat ia menggeleng. "Masih setengah jam kan, gue istirahat dulu ya," ucap Lala berdiri melangkah ke sofa.
'La keluar lo, biar Zora sama Ano bisa langsung balik!' seru Mario cepat.
"La, maaf ya, kayaknya aku ga bisa antar kamu pulang, aku takut Zora malah rusuh di dalam mobil.'
Lala diam sejenak kemudian menatap Zora. "Dia ga apa-apa kan? lebih baik kamu bawa dia ke rumah sakit soalnya wajahnya pucat banget."
"Aku baik-baik aja," ucap Zora tersenyum pada Lala sambil menatap Ano. "Ka Ano sama Ka Lala, kita pulang bareng?" tanya Zora membuat Lala entah mengapa kesal.
"Kamu cepat masuk mobil," ucap Ano mencoba membujuk Zora lagi.
"La buru ah!" seru Mario kesal.
"Ih, Pak Mario yang lembut, jangan gitu!" marah Zora.
"Ka Ano cepat antar ka Lala, ga boleh gitu! Katanya Pak Mario penjahat kok dibiarin sih!" Zora mengangkat telunjuknya dan memasang wajah marah.
"Ajak gelut lo No, ngomong jelek-jelek tentang gue ya?" tanya Mario kesal membuat Ano memutar bola matanya kesal. "Gue ga ada urusan sama lo sekarang," sengit Ano sebal.
Ano menggosok pelipisnya pelan. Ia mulai lelah dan Zora sangat sulit berkompromi dan terus mengacukan ucapannya. "Masuk Zora, udah malam," ucap Ano lagi membuat Zora tersenyum menatap Ano dan Lala sangat tak suka.
"Ya udah aku sama Mario," ucap Lala akhirnya membuat Zora diam.
"Kenapa?" tanya Zora sangsi. "Aku juga sama Pak Mario?" tanya Zora bodoh.
"Kamu sama Diano! Ayo cepat masuk!" seru Ano malas membuat Zora cemberut dan menghentakkan kakinya.
"Diano? Aku ga mau!" elu Zora tak suka.
"Zora maunya sendiri, Zora ini mandiri!" seru Zora dan membuat Ano tertawa. Tawa yang jarang Lala dengar.
"Iya kamu mandiri, makanya sekarang kamu masuk mobill," ucap Ano tak sabar sambil membuka pintu mobil.
"o,iya Sorry La, ga bisa anterin kamu, kabarin kalau udah sampai rumah."
Lala mengangguk masih menatap Zora. Kemudian beralih pada Ano. "Aku pulang No, hati hati sampe rumah," ucap Lala, matanya masih intens menatap Zora yang tersenyum sambil memeluk leher Ano.
"Lepas Zora!" elu Ano mencoba menarik kedua tangan Zora yang melingkar di lehernya. Zora menyentuh wajah Ano mulai mencubit pipinya.
"Sakit!" pekik Ano marah yang bisa didengar Lala. Tawa renyah Zora pun mampu Lala dengar dan sangat menggangu nya. Ia kembali menoleh mendapati senyuman lembut Ano yang jarang ia tunjukkan apalagi untuknya.
Lala menghela nafas panjang. Ia kesal pada Zora. Gadis itu selalu merebut perhatian Ano. Pria itu akan sigap membantu atau mencari Zora sesibuk apapun. Dari dulu ia tak bisa menggeser posisi Zora dan makin membuatnya marah.
"Kamu kenapa si Zora ga bisa diam?"
"Kio tuh, bantuin tapi jelasin cepat banget, Zora makin ga ngerti!"
"Sini, biar aku lihat."
Lala kembali teringat kejadian dulu. Dimana tiap kali ke rumah Ano dan mendapati Zora di sana sedang belajar bersama Kio. Dan Ano akan selalu berhenti sejenak dari kegiatannya hanya untuk melihat Zora. Ano memang mengeluarkan suara yang terdengar arogan tapi selalu memperhatikan detail kegiatan yang Zora lakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomansaAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...