Devilisih - 24

1.8K 213 21
                                    

Zora duduk di meja makan mencoba menikmati sarapan. Tapi pikirannya sibuk memikirkan pembicaraannya dengan Lala. Entah kenapa ia malah mengingat kejadian yang sudah lama terjadi.

"Kamu masih mengingat perkataanku dulu kan?"

Percakapannya kemarin dengan Lala kembali terngiang membuat Zora menghela nafas pelan sambil menggigit rotinya. Sambil mengunyah pikirannya entah kenapa hanya memikirkan perkataan Lala padanya.

"Ka Ano!"

"Kamu lagi, ngapain lagi hari ini ke sini? "

"Sekarang aku udah SMA loh! Hari ini aku ke sini mau buat tas sama tag name buat MOS sama Kio!"

"Bangga?"

"Iyalah!"

Zora memiringkan kepalanya sedikit menemukan seseorang. Ia tersenyum melihat perempuan yang masuk bersama Ano.

"La, bentar gue ambil buku dulu, dan Zora kamu jangan di sini, nanti kamu malah ngerecokin kerjaanku!"

"Iya, iya!"

Ano bergegas masuk mengambil barang yang terlupakan olehnya meninggalkan Zora dan Lala berdua di sana. Zora tersenyum kikuk. Ia sering melihat gadis cantik ini hanya ia tak pernah berani menyapa.

"Zora," ucap Zora pelan mengulurkan tangannya.

"Lala," ucap Lala menyambut ramah uluran tangan Zora.

"Kakak, cantik banget," ucap Zora tersenyum manis pada Lala.

"Kamu siapanya Ano?"

Zora tersenyum bingung tapi tetap mencoba tersenyum ramah pada Lala. "Teman dari kecil."

"Ah, Ano pasti hanya menganggap kamu adiknya,  soalnya dia bisa bersikap sesantai itu sama kamu."

"Ka Lala pacarnya ka Ano?"

"Kita teman dekat, mungkin akan menjadi calon pacar Ano."

Zora menghela nafasnya pelan. Entah mengapa percakapan yang sudah lewat beberapa tahun tetap teringat jelas olehnya. Gadis bernama Lala itu baik tapi entah kenapa bisa tiba-tiba berubah dingin dan sinis padanya jika berurusan tentang Ano. 

"Tapi Ka Ano, suka tipe-tipe ka Lala gitu, berarti karena sekarang aku udah gak sosialita, ga masuk tipe dia doank, terus juga aku udah keluar dari geng Sarah, makin jauh lagi... " gumam Zora yang suaranya makin kecil dan terdengar terpuruk.

Ano keluar dari kamarnya dan berjalan turun ke arah meja makan memperhatikan Zora yang sepertinya sedang melamun. Ia memperhatikan Zora seksama saat melihatnya menghela nafas sekali lagi, ia mendekat dan menepuk kening Zora cukup kuat.

"Akhhh," Zora mengaduh kesakitan segera menutup keningnya dengan kedua tapak tangannya.

"Ka Ano!" pekik Zora kesal menatap garang Ano yang sekarang menarik kursi dihadapannya tanpa rasa bersalah sama sekali.

'Bisa-bisanya kamu suka dia Ra!' batin Zora berteriak kesal menatap Ano garang.

"Siapa suruh kamu melamun pagi-pagi, mau kesambet emangnya," ucap Ano santai membuat Zora menganga tak percaya dan tak bisa berkata apa-apa lagi.

Ano sibuk mengoleskan selai pada rotinya sambil menuangkan air panas pada gelasnya. Zora menatap Ano cemberut melihat pria dihadapannya tampak santai. Kenapa pria dihadapannya tidak bisa sedikit saja bersikap manis padanya.

"Ka Ano, minta maaf gak, atau aku beneran laporin ke polisi ya!" seru Zora marah.

"Laporin aja," ucap Ano enteng tanpa takut membuat Zora geram. "Ck, nyebelin, sesekali turutin Zora apa salahnya sih," gerutu Zora sebal sambil bergerak turun dan bersiap untuk ke kantor.

Devilish (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang