"Ma, Zora ganti baju dulu ya, gerah!" ucap Zora pelan.
"Iya," balas Sisi dengan senyuman.
"Nanti ke sini lagi ya, Tante kangen tahu sekarang kamu jarang ke rumah tante," ucap Claudia tersenyum pada Zora yang menatapnya ragu.
"O,iya maaf ya Kio ga datang, dia lagi ga enak badan, takutnya dia makin parah pileknya, terus...."
"Iya tante ga apa-apa kok, Zora masuk dulu ya," ucap Zora langsung berjalan naik ke kamarnya.
Zora masuk ke kamarnya dan panik. Ia mengigit kukunya cemas sambil berjalan ke kanan dan kiri. Hari ini adalah ulang tahunnya yang ke 17, ia sudah merayakan hal tersebut tadi. Tapi sekarang, teman-temannya memintanya keluar ke klub malam. ia ragu untuk keluar rumah sekarang sudah pukul 8 malam. Apa ia harus melanggar aturan orang tuanya. Pesan kembali muncul dari Sarah. Temannya sudah menunggu di dipintu belakang rumahnya.
"Oke!"
Zora segera mengganti pakaiannya dan memakai sepatu, tidak lupa ia menenteng hells memakai paper bag. kemudian membuka jendela kamarnya. Ia mengikat kain pada kasurnya kemudian berusaha turun. Ia berhasil dan langsung berlari melewati pagar belakang rumahnya. Karena masih ada tamu di rumahnya tentu saja pintu-pintu tersebut belum dikunci.
~
Azel masuk ke dalam kamar Zora bermaksud memberikan hadiah yang ia beli kemarin. Ia membuka kemudian bingung melihat kamar kakaknya yang kosong. Sudah pukul hampir 10 malam, kakaknya tak mungkin di kamar mandi. Ia meletakkan kado tersebut di meja rias dan beranjak keluar. Tapi kemudian Azel berbalik memperhatikan jendela kamar tersebut.
"Astaga!" Azel langsung berlari turun terburu-buru menemui Sisi.
"Ma!" teriak Azel kencang membuat Sisi terkejut. Azel sudah tak perduli ada tamu di rumahnya.
"Kenapa kamu lihat yang seram?" tanya Sisi bingung tapi Azel segera menggeleng.
Claudia terlihat bingung melihat Azel yang panik. "Ok, Azel tenang ya, tarik nafas terus pelan pelan ngomongnya."
"Ka Zora kabur!" seru Azel cepat kemudian Digo langsung berdiri dan berlari ke kamar Zora.
Sisi terlihat panik ikut menyusul Digo. Jantungnya rasanya berhenti di tempat melihat jendela anaknya terbuka. "Ini pasti dia pergi ke klub, padahal aku udah larang dia!" seru Sisi tak percaya membuat Digo mencoba menenangkan Sisi.
Noah yang ikut naik ke atas langsung menelpon Kio. "Halo Kio?"
"Iya pa."
"Kamu tahu ga biasa Zora sama siapa?"
"Jalan ya? Biasanya sama Sarah sih, kenapa?"
"Kamu telepon dia, tanya dia ada di mana, bisa?"
"Eh? bisa sih pa, tapi kenapa ya?"
"Zora pergi ke klub kemungkinan dengan dia, jadi kami mau menyusul ke sana!"
"Sebentar Pa."
Kio mengakhiri telepon dan mencoba menelpon Sarah. Tapi Sarah sama sekali tidak mengangkatnya. Deringan sudah berbunyi berkali kali tapi tetap juga tidak tersambung. Apa ia telepon kakaknya saja ya? Sepertinya kakaknya pernah mengatakan melihat teman Zora di klub yang sering ia datangi.
"Halo Ka Ano?"
"Kenapa Ki?" teriak Ano disebrang sana karena suara berisik teman-temannya.
"Disitu ada Zora?" tanya Kio tapi Ano sama sekali tidak bisa mendengar.
"Apa siapa kamu bilang?" tanya Ano sambil berjalan keluar dari ruangan dan tak sengaja menabrak seseorang. Teleponnya terputus dan Ano hanya bisa menatap ponselnya yang sekarang restart.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...