Kio berjalan ke halaman parkir ketika melihat Sarah memarkirkan mobilnya. Ia berdiri di belakang mobil Sarah menunggu gadis itu keluar.
"Kio, kamu tungguin aku?" tanya Sarah senang.
"Iya."
"Kenapa?"
"Apa yang kamu lakukan kemarin?"
Sarah terdiam. Apa Lanny mengadukan perbuatannya pada Kio. Ia pasti akan kembali memberi perhitungan pada gadis menyebalkan tersebut.
"Aku peringatkan untuk terakhir kalinya kamu menganggu Zora," ucap Kio cepat membuat Sarah diam.
"Zora?"
"Iya, video kamu mendorongnya tersebar di kampus, aku ga paham kenapa kamu tega dengan temanmu sendiri," ucap Kio kesal, ia sudah tidak bisa menahan untuk tidak bersikap seperti ini pada gadis dihadapannya.
"Dia bukan lagi temanku, dia sama tidak selevel denganku!"
"Lebih baik kamu menjaga jarak dengan Zora, ini peringatan pertama dan terakhir untukmu Sarah," ucap Kio langsung berlalu meninggalkan Sarah yang terdiam.
Tapi kemudian ia berhenti melangkah dan kembali menatap Sarah. "Dan juga jangan pernah menganggu Lanny," Kio berlalu dari sana tak ingin lagi berbicara pada gadis itu.
Sarah mengepalkan tangannya marah. Ia menatap Kio dengan kilatan amarah. Semua karena Zora. Apapun yang ia lakukan tidak pernah dilihat dan hanya Zora. Ia pastikan Zora akan merasakan semua yang juga ia rasakan sekarang.
****
Zora terbangun sambil mencari ponselnya. Matanya langsung terbuka lebar ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 8. Ia langsung berlari ke kamar mandi. Tapi kemudian ia terdiam menatap pergelangan tangannya yang sulit dibengkokkan. Bagaimana caranya ia membuka kaosnya?
Zora keluar kamar melihat rumah yang sepi tapi kemudian mendengar seseorang masuk ke dalam rumahnya. Ia bersitatap dengan Ano yang masuk ke dalam rumah dan naik ke lantai dua.
"Ka Ano pulang lagi?"
"Iya, ada yang ketinggalan, kok kamu masih di sini?" tanya Ano bingung sambil memperhatikan jam tangannya.
"Ehm, iya, kesiangan," ucap Zora pelan.
Ano langsung membuka pintu kamarnya mencari berkas yang tertinggal di mejanya. Zora berdiri di depan kamar Ano. Ia tampak berfikir keras kemudian kembali ke kamarnya mengambil sesuatu dan masuk ke dalam kamar Ano.
"Kenapa? mau numpang ke kampus?" tanya Ano masih mencari beberapa file nya yang ia simpan di rak.
"Ehm, Zora bisa minta tolong sesuatu gak ka?"
"Apa?" Ano berbalik mendengar suara gelisah Zora.
"Bisa bukain baju Zora?"
"Apa?" tanya Ano terkejut mendengar ucapan ajaib gadis dihadapannya.
"Ehm, tangan aku sakit ga bisa nekuk," balas Zora membuat Ano menatapnya tak percaya.
"Zora, kamu sadar ucapan kamu barusan, kamu baru saja meminta seorang pria membuka bajumu, kamu ini perempuan," marah Ano sedikit keras membuat Zora bergidik.
"Iya aku tahu," gerutu Zora kesal.
"Terus!"
"Makanya jangan marah dulu, aku juga ga mungkin minta ka Ano buka kalau ga ada cara lain selain minta tolong ka Ano kan, sekarang ga ada orang di rumah, aku juga bingung minta tolong siapa!"
"Terus gimana caranya? kamu minta aku tutup mata? kamu yakin aku ga bakal buka mata gitu?" tanya Ano bertubi-tubi membuat Zora mendesis sebal. Dasar pengacara nyebelin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...