Aku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...
Zora menatap dirinya sendiri di cermin. Ia kembali mengecek pakaian yang sedang ia pakai dan memiringkan badannya melihat bagian belakang gaunnya memiliki potongan yang rendah memamerkan punggungnya walau bagian depan masih cukup sopan. Memakai sabrina saja mamanya sudah mengomel apalagi sampai tahu memakai gaun ini. Sebenarnya untuk apa ia harus menggunakan gaun seperti ini?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ra udah selesai pakainya?" tanya Mario penasaran karena Zora sudah menghabiskan waktu hampir 30 menit.
"Iya sebentar," ucap Zora bingung. Ia menatap sekali lagi make upnya dan juga gaunnya.
"Wow, perfect, you look so gorgeous!" seru Mario bersemangat saat Zora membuka tirai.
"Ok, wait, ini sentuhan terakhir!" seru Mario bersemangat menyerahkan heels setinggi 12cm padanya.
"Setinggi ini, mau ke mana sih pak, pegel tahu pake setinggi ini!" protes Zora kesal.
"Aman kok, aman, ada lenganku di sini, itu udah aku ambil sesuai ukuran yang kamu bilang!" seru Mario mengangkat tangannya.
"O, iya, di sana panggil saya, ka Mario atau Rio, terserah kamu aja, yang jelas saya ga suka bapak, eh... sekalian kita pake aku kamu juga, biar greget!" tawa Mario membuat Zora hanya menggeleng tak percaya.
"Udah yuk, udah malam nih, ntar acaranya keburu selesai," ucap Mario santai.
Zora buru-buru memakai heels kemudian mengambil paper bag pakaiannya. Dan berusaha tidak memegang tangan Mario, ia bisa menggunakan heels ini dengan baik. Ia masih hanya penasaran mau ke mana sebenarnya mereka.
****
Lanny tersenyum memperhatikan kucing yang sudah diperbolehkan pulang setelah dirawat. Ia menyentuh dan mengelus kepala kucing itu pelan. Ia tersenyum memperhatikan kucing kecil tersebut yang tak seperti kucing liar karena bulu kucing tersebut berwarna abu-abu. Ia yakin kucing ini adalah kucing ras yang mungkin tersesat saat bermain.
"Kamu udah sehat, udah boleh pulang, pasti kamu kangen ibu kamu ya, nanti kita cari sama-sama ya," ucap Lanny sambil bersiap menggendong kucing tersebut.
Kio menghentikan aksinya mengendong kucing membuat Lanny menatapnya penuh tanya.
"Kamu alergi kucingkan?"
Lanny mengerjapkan matanya bingung menatap Kio. "Eh, iya, tapi ga apa-apa kalau bentar," ucap Lanny cepat menyingkirkan tangan Kio tapi tak berhasil. Pria dihadapannya bertahan dengan pendiriannya.
"Kemarin setelah kamu gendong kucing, aku perhatikan, kamu bersin dan batuk terus, untungnya kamu ga sampai ke tahap sesak nafas padahal kamu udah ga gendong sentuh secara langsung karena tertutup jaketku dan hanya bentar sampai ke dokter, gimana kalau lama, bahaya, jangan macam-macam dengan alergi,"ucap Kio panjang membuat Lanny merasa pusing setelah diomeli. Kio menatap Lanny yang kecewa, ia tahu gadis dihadapannya menyukai kucing yang sedang ia halangi.