Ano meletakkan minuman kaleng dihadapan kliennya. Kali ini kasus yang ia pegang kecelakaan lalu lintas. Pengendara menabrak seseorang sampai meninggal. Ia kembali membaca berkasnya sambil sesekali memegang kepalanya yang terasa sakit. Nafasnya pun terasa berat mungkin ia tak enak badan karena beberapa hari tidak tidur dengan benar.
"Jadi korban muncul mendadak di depan mobil anda?"
"Iya, dia tiba-tiba saja muncul dan saya telat untuk rem, karena waktu itu malam jadi saya mengendarakan mobil cukup kencang, saya benar-benar tidak bermaksud untuk menabraknya."
"CCTV di sana terhalang oleh pohon sedangkan CCTV yang lain rusak, belum ada bukti yang meringankan anda dan anda juga terbukti mengendarai mobil cukup cepat di daerah perumahan yang seharusnya tidak boleh dilakukan," ucap Ano pelan.
"Saya benar-benar tidak tahu akan ada orang muncul secara mendadak, saya akui menambah kecepatan mobil tapi saya tidak ada niat untuk menabraknya," ucap pria tersebut frustasi membuat Ano mengagguk.
"Akan saya bantu sebisa saya, yang terpenting anda harus menceritakan semua cerita detail tanpa menambah atau mengurangi cerita," Pria tersebut mengangguk pasrah dan akhirnya memilih keluar dari ruangan Ano.
Sedangkan Mario dari ruangan sebelah memperhatikan sekilas dan kembali mengobrol dengan kliennya yang masih di bawah umur. Dan benar-benar tak mau mendengarnya. Kasus kali ini adalah mengenai hak asuh oleh keluarga ibu dan ayahnya karena orang tuanya sudah meninggal.
"Jadi kamu mau tinggal dengan keluargamu yang mana?" ucap Mario hati-hati.
"Saya bisa hidup sendiri tanpa mereka!"
"Tapi sekarang kamu perlu wali, umur kamu sekarang 16 tahun kamu perlu wali untuk melakukan apapun, surat wasiat orang tuamu juga tidak memperbolehkan kamu menggunakan uang sendiri sampai berumur 20 tahun," ucap Mario panjang. Ia memijat pangkal hidungnya. Anak dihadapannya ini memang keras kepala sudah pertemuan ketiga dan anak ini tetap saja tidak berubah.
"Apa kamu ingin tinggal sendiri, Kei, kakek dan nenek mu, juga om dan tantemu sangat mengharapkan dirimu, tidak kah kamu mencoba membuka hati sedikit untuk mereka, kamu akan merasakan keluarga lagi dengan tinggal bersama mereka," ucap Mario lagi membuat anak itu menunduk.
"Tidak, mungkin memang lebih baik tinggal sendiri atau bahkan di panti asuhan, untuk apa saya bersama mereka, orang tuaku pun meninggalkanku begitu saja, bagaimana jika saya di siksa oleh mereka atau mereka hanya mau mengambil harta orang tuaku yang tersisa."
"Keanu!" Mario menahan kemarahannya dan mencoba tersenyum. Keanu sempat terkejut tapi tetap bersikap acuh tak acuh dengan Mario.
"Oke, take a break, i just want a cup a coffee," Mario menghembuskan nafasnya pelan dan segera berdiri menekan interkom ruangannya kemudian berjalan keluar menuju keruangan Ano. Lebih baik ia menunggu di sana.
Mario menjatuhkan dirinya ke sofa dan menggosok wajahnya frustasi. Ano mengerutkan keningnya menoleh ke belakang memperhatikan ruangan Mario.
"Eh, lo ninggalin klien lo?" tanya Ano bingung.
"Udah aku lagi nunggu kopi, aku ga ngerti bagaimana mengubah persepsinya mengenai keluarga, sepertinya dia benar-benar trauma ditinggalkan orangtuanya, makanya ia mencari-cari alasan agar tak mau diasuh, padahal keluarga besarnya benar-benar berharap bisa mengasuhnya," ucap Mario kesal.
"Tinggal lo jelasin pelan-pelan, resiko yang dia dapat jika tak mau menerima hak asuh atau mungkin menyakinkan dia tentang keluarga besarnya?" ucap Ano bingung.
"Gue bahkan udah melakukan semua yang lo bilang tapi semuanya ditepis, walau paham tapi dia berusaha menolak semua yang udah gue ucapkan dengan panjang!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...