Ano memakan roti yang telah ia beri selai sambil membaca kasusnya yang sedang ia tangani. Zora yang baru saja berlari turun terburu-buru melirik Ano. Ia segera mendekati meja makan tersenyum pada Ano yang sekilas menatapnya dan segera mengambil beberapa lembar roti.
"Sidang ka?" tanya Zora buru-buru sambil mengambil beberapa roti untuk ia makan dalam perjalanan.
Ano memperhatikan jam tangannya. Pantas saja. Gadis di hadapannya akan segera terlambat. Ia pun bergegas berdiri. "Nggak usah diantar ka, pake mobil bikin macet, aku bisa berangkat sendiri."
Ano tersenyum geli. "Emang aku ada ngomong mau anterin kamu?" tanya Ano santai menatap Zora yang cemberut sejenak sambil memakan rotinya.
"Nggak sih, tapi ka Ano langsung berdiri pas lihat..., udah ah, ga mau berdebat, aku udah telat nih, Azel aja udah berangkat!" seru Zora panik membuat Ano mengidikkan bahunya.
Ano berjalan santai tanpa perduli. Ia mengambil tas kerjanya dan segera keluar mengambil kunci motor. Ia mengerutkan keningnya menatap Zora terdiam di depan garasi. "Kenapa kamu?"
"Mobil ka Ano ke mana? Hilang?"
Ano menepuk pelan kepala Zora. "Mobilku di service, jadi hari ini aku pakai motornya Kio, puas," ucap Ano cepat membuat Zora mendesis pelan.
"Oh, gitu, ya udah, bye!" seru Zora cepat. Ia berjalan pergi dan Ano segera menahan Zora dengan menarik tudung jaketnya.
"Mau dianterin gak? mumpung sekarang pakai motor bukan mobil, jadi ga akan macet," ucap Ano membuat Zora menoleh tak percaya.
Zora membalikkan badannya dan tersenyum ceria. "Benaran ga nih, tahu-tahu aku diturunin di tengah jalan."
"Asal mulut kamu ga banyak komplain atau bawel, ga akan diturunin, jadi cepat!" seru Ano mendorong motor tersebut keluar dan Zora mengikuti dari belakang.
Zora mengunci rumah dan kemudian berbalik. Ia memperhatikan motor tersebut sejenak. Motor yang sekarang digunakan Ano adalah motor gede. "Buruan!"
"Nggak usah deh," ucap Zora cepat.
"Buruan, aku juga mau telat nih, nanti sidangnya keburu mulai!" seru Ano sedikit kesal karena pilihan Zora yang berubah ubah.
"Oke, tapi jangan ngebut ya!" ucap Zora memperingati Ano yang sepertinya tak menggubrisnya.
Zora hanya mendesis pelan melihat Ano sama sekali tak menggubrisnya. Ia segera mengambil helm yang disodorkan Ano. Ia naik perlahan tanpa menyentuh Ano, mencoba memberi jarak dalam dudukan mereka.
Ano merasakan Zora yang cukup jauh darinya mendapatkan ide menggangunya. Ia tersenyum dan segera menjalankan motor dengan mengganti gigi motor secara cepat membuat sedikit loncatan diatas motor, karena hal tersebut Zora tak sengaja memeluk pinggang Ano.
Zora terkejut begitu juga Ano tersentak merasakan pelukan tersebut. "Ka Ano, jangan gitu, ih!" seru Zora sebal memukul punggung Ano kuat sambil memperbaiki duduknya yang lumayan maju setelah pergantian gigi motor tersebut.
Ano menggelengkan kepalanya pelan kemudian kembali mempercepat kecepatan motor membuat Zora memegang pundak tapi perlahan ia memegang jas yang dikenakan Ano karena kecepatan motor membuatnya takut.
Zora menghembuskan nafasnya pelan karena merasa tak bisa bernafas dengan baik sepertinya sebelum sampai kantor ia bisa kehabisan nafas karena terlalu berdekatan dengan Ano.
****
"Terimakasih ya Pak Ano, terimakasih karena memenangkan hak asuh atas anak saya," Ano hanya mengangguk pelan pada kliennya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...