Zora mengosok pelan mata dan merenggangkan tubuhnya. Ia duduk dan memperhatikan jam di ponselnya. Pukul 6 pagi. Bunyi air dikamar mandi pasti adiknya mandi bersiap untuk sekolah. Ia segera bangun dan keluar dari kamarnya.
Ia turun mendapati Ano sudah duduk di meja makan sambil minum kopi.
"Pagi!"
Zora tersenyum senang menatap Ano. Tapi tanggapan Ano hanya datar dan diam menatapnya.
"Ka Ano punya mulutkan?"
"Kenapa?"
"Pake tanya lagi, aku kan tadi nyapa," elu Zora kesal.
"Terus?"
"Dijawab donk, pagi gitu, ga boleh irit-irit kalau ngomong, Tuhan ciptain mulut buat bicara!" seru Zora membuat Ano mendesah pelan kembali sibuk dengan ponselnya. Zora mencibir di dalam hati melihat pria dihadapannya mengabaikannya tanpa merasa bersalah.
"Pagi non?" sapa Kio yang keluar dari kamarnya.
"Pagi Kio!"
"Yuk, aku ajarin goreng telur, si mamas Ano kemarin malam udah wanti-wanti!" seru Kio sambil merangkul Zora dan membawanya ke dapur.
Zora mengambil spatula saat melihat Kio sibuk mengeluarkan bahan makanan dari kulkas.
"Zora sekarang hidupin kompor ya, tinggal kamu puter aja," Zora mengangguk dan bergerak cepat memutar kompor. Ia tersenyum melihat dirinya berhasil menghidupkan kompor yang ternyata cukup mudah.
Kio tersenyum sambil menaruh kuali di atas kompor tersebut. "Terus tuang minyak, tunggu panas terus telur dipecahin di masukin ke dalam kuali," jelas Kio sambil menuangkan minyak dan Zora hanya menatap ragu.
"Ini pecahin gimana?"
"Diketok ke kepala kamu!" seru Kio membuat Zora cemberut.
"Gini perhatikan baik-baik," ucap Kio sambil mengetukkan telur dan memasukkan ke dalam kuali.
Zora mangut-mangut mendengar instruksi Kio sampai akhirnya lecitan minyak dari telur goreng tersebut mengenai tangannya.
"Awh, sakit!" gerutu Zora sambil mundur menggosok tangannya.
Kio buru-buru mengecilkan apinya dan mendekat mencoba memegang tangan Zora lembut tapi pukulan spatula cukup kuat membuat tangannya pedas.
"Aduh, Ra, kasar banget, bentar sini aku lihat," Kio menarik tangan Zora.
"Udah ga apa-apa," ucap Kio menatap Zora yang masih cemberut.
"Kamu perhatiin telurnya benar-benar ya, aku mau masak nasi," ucap Kio pergi meninggalkan Zora yang sudah sibuk menatap telur mata sapi yang sedang ia goreng sekarang.
Ano hanya menatap sekilas pemandangan tersebut. Tapi kemudian ia kembali menoleh melihat Zora mau memegang kuali dengan tangan kosong tanpa kain atau apapun.
"Zora!"
"Iya."
Zora mundur beberapa langkah saat Ano tepat dihadapannya dan menarik spatula yang tengah dipegangnya. Zora hanya mengerjapkan matanya bingung melihat Ano mengambil telur mata sapi itu dan menaruh di piring.
"Lo lama!" desis Ano membuat Zora cemberut.
"Ya udah, sini, aku mau lanjut," ucap Zora mencoba menggeser badan Ano tapi tak berhasil. Ia kembali menatap Ano kesal.
"Ka, geser!" gerutu Zora mendorong sedikit badan Ano.
"Sisanya aku aja, bisa terlambat semua kita kalau goreng 1 telur aja selama ini, penuh drama," ketus Ano lagi membuat Zora memutar bola matanya malas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomantikAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...