Zora bangun dari kasurnya kemudian duduk dipinggir kasur. Ia berdiri tapi kemudian kembali duduk. Ia mengambil ponselnya memperhatikan notifikasi pertanda hari ini adalah ulang tahun Ano. Tanpa perlu diingatkan sebenarnya ia sudah mengingatnya, tanggal yang sudah di hafal diluar kepalanya. Apalagi kemarin Kio sempat mengingatkannya. Ia menghela nafas panjang kembali berdiri.
"Buat apa ya? Kemarinkan ga jadi cari kado buat ka Ano."
"Tante Claudia masih marah sama Zora ga ya? kalau buat cake terus antar ke rumah kira-kira gimana ya?" gumam Zora berfikir sambil berdiri dan mulai berjalan kiri dan kanan beberapa kali.
"Atau ke kantor?"
"Tapikan Ka Ano masih marah ga ya, apalagi kemarin aku nolak ngomong sama dia," helaan nafas Zora kembali. Ia menghentakkan kakinya bingung.
Setengah jam kemudian setelah ia bergulat dengan pikirannya sendiri. Zora memutuskan untuk turun dan membuat cake untuk Ano.
"Pagi sayang," ucap Digo mengecup pipi Zora yang baru saja turun dan berpapasan dengannya.
"Kamu mau ngapain bangun pagi-pagi, masih jam 6 loh nih," ucap Digo memperhatikan jam tangannya.
"Mau cari mama," ucap Zora seadanya membuat Digo tersenyum.
"Di dapur, kamu mau ngapain hayo?" goda Digo geli mendapat pukulan ringan dari Zora.
"Mau buat cake, untuk ka.. Ano.." ucap Zora ragu takut papanya akan bereaksi seperti Tante Claudia yang tak memperbolehkan mereka berhubungan.
"Ulang tahun Ano ya?" Zora tersenyum ragu dan menganggukkan kepala nya cepat.
"Kamu sigap banget sih, dari dulu kalau ulangtahun Ano heboh, tumben sekarang selow aja, bikin cake lagi, kuping papa ga salah dengar nih, udah mau di upgrade jadi calon istri ya," ucap Digo geli membuat Zora mengernyit bingung.
"Calon istri?" ulang Zora bingung tapi Digo tertawa melihat wajah polos Zora yang tampak berfikir tapi kemudian merona.
"Ih papa, ga lucu!"
"Udah papa mau mandi," tawa Digo berlalu dari sana membuat Zora cemberut.
Zora berdecih dan kembali berjalan masuk ke dapur mencari Sisi. Sisi sedang berkutat dengan masakannya. Zora terlihat ragu untuk bertanya. "Non, perlu sesuatu?" tegur pekerja dirumahnya mendapat gelengan dari Zora.
Sisi menatapnya dan mengerutkan keningnya bingung. "Kamu mau buat bekal ya?" tanya Sisi mengingat Zora beberapa hari ini selalu bersemangat membawa bekal.
Zora menggeleng ragu. "Eh ga ada kuliah ma, tapi.." ucap Zora pelan. "Zora pengen buat cake, mama bisa bantu?" lanjut Zora ragu.
"Cake?"
"Iya."
"Buat siapa?" tanya Sisi penasaran membuat pipi Zora merona malu.
Sisi mencoba mengingat-ingat tanggal berapa hari ini dan kemudian tersenyum senang pada Zora. "Buat Diano ya? mama ingat banget ulang tahunnya," ucap Sisi geli membuat Zora mengigit bibirnya takut.
"Tenang aja, mama ga kayak tante Claudia kok, kamu boleh dekat-dekat sama Diano selama gak terlibat masalah, kamu tahukan mama juga sayang banget sama Diano!" ucap Sisi membuat Zora tersenyum sedikit.
"Ayo mama bantu kamu buat kue, nanti mama titip salam ya," ucap Sisi senang sambil menurunkan alat-alat untuk membuat kue. Zora terlihat bingung melihat aktivitas mamanya, ia sebenarnya tidak terlalu mengerti dan kadang hanya membantu mamanya menghias kue. Melihat mamanya mulai menyuruhnya mengambil bahan membuat ia cukup bingung. Semoga ia berhasil membuat nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...