Zora duduk di meja makan sambil memainkan makanan yang berada di piringnya. Ia mengaduk aduk tanpa ingin menyuapkan ke dalam mulutnya. Semua hal yang terjadi tadi malam berputar di dalam kelapanya.
"Tapi tante harap kamu jangan dekat dulu dengan Ano, dia baru aja sembuh, dan Ano itu terlalu bertanggungjawab terhadap sesuatu, kalau ada kamu disekitarnya, dia terlalu fokus buat jagain kamu, mungkin karena dia anak pertama jadi dia terbiasa melindungi sekitarnya."
"Ulang tahun ka Ano bentar lagi, kamu jangan lupa siapin hadiah!"
Zora menghela nafas panjang. Apa dirinya harus menyiapkan sesuatu pada Ano? Tapi Bagaimana kalau Claudia makin marah? Tapi Lala pasti akan menyiapkan sesuatu untuk Ano, sepertinya ia tak perlu menyiapkan sesuatu. Tapi ia juga ingin memberikan sesuatu! Perdebatan di dalam kepalanya membuat Zora mendengus sebal dan memilih meminum air yang sudah tersedia disampingnya.
"Zora, kamu jangan mainin makanan terus, nanti terlambat," ucap Digo melihat putrinya terus memainkan makanannya daritadi.
"Eh, iya pa," ucap Zora mulai memakan makanannya.
"Kamu tumben ga belanja, tobat?"
Zora mencibir kelakuan papanya. "Nggak ada yang Zora suka di musim ini," elak Zora sebal.
"Masa sih, perasaan kemarin papa lihat bagus-bagus kok, credit card kamu kan udah aktif ga pengen beli-beli?" tanya Digo santai. Saat mau menjawab ia menemukan Sisi dibelakang Digo. Zora memilih bungkam dan kembali makan.
"Kamu ajarin anak ga benar ya Go?" tanya Sisi sebal.
"Aku ajarin yang benar kok, aku ini kaya tahu, perlu kamu catat!" seru Digo santai mendapat jeweran dari Sisi.
Digo memanyunkan bibirnya sambil menggosok telinganya. Ia hanya merasa Zora sedang sedih dan hanya mau menghibur putrinya itu. "Ini papa kasi credit card papa!" seru Digo cepat sambil meletakkan disamping Zora.
"Eh, ga perlu kok pa," ucap Zora cepat sambil melirik Sisi yang menatapnya.
"Sini buat Azel aja," ucap Azel cepat mengambil kartu itu saat ia keluar dari kamarnya.
Digo membelalakakan matanya menatap Azel yang sudah duduk sambil mengambil sarapan. "Aman kok pa, Azel paling jajan doank, ga kayak ka Zora belanja ratusan juta," tawa Azel santai mendapat pelukan gemas dari Sisi.
"Cepat selesaikan sarapannya, nanti kamu terlambat, Zora," ucap Sisi melihat Zora memang lebih banyak diam sekarang.
Zora tersenyum dan langsung berdiri. "Udah kenyang ma, Zora pergi ya, naik taksi kok," ucap Zora cepat pada Digo yang mau menyahuti.
"Bye pa," lanjut Zora cepat mengecup pipi Digo dan berlari keluar karena takut supir taksi tersebut lama menunggunya.
"Zora kenapa ya?" tanya Sisi khawatir membuat Digo menoleh.
"Gara-gara kamu," jawab Digo cepat mendapat pukulan ringan di lengannya. Digo terkekeh kemudian mengelus kepala Sisi memohon maaf. Azel hanya menggeleng tak percaya melihat keduanya.
****
Ano berjalan masuk ke dalam rumahnya setelah selesai berolahraga pagi. Ia melepas sepatunya dan berjalan mengambi air minum dingin. Ia duduk menetralkan nafasnya. Olahraga adalah pilihannya jika ia merasa tak tahu harus melampiskan kemarahannya entah ke mana. Pintu ruang kerja ayahnya terbuka. Pertanda bahwa Noah sudah duduk di dalam ruangan.
Ano memperhatikan jam yang sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Ia tertarik masuk dan mengobrol dengan Noah. Tapi ia berhenti ketika mendengar percakapan di dalam ruangan tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...