Epilog 2

932 121 10
                                    

Zora tampak pusing, ia menekuk mukanya sambil membuka kertas yang bertumpuk di mejanya. Sedangkan Lanny duduk di meja sekretarisnya. Kalau seperti itu Zora tak mau diganggu karena pasti ada masalah yang sedang dipikirkan. 

Ano berjalan masuk mengetuk meja Lanny. "Zora ada?"

"Ada ka, tuh..." Lanny menunjuk dengan dagunya.

"Dia ada janji hari ini?"

"Nggak ada, dia free," ucap Lanny pelan.

Ano berdiri tegak dan menatap wajah Zora yang terlihat muram. Pantas saja ponselnya yang dihubungi terus tapi tak diangkat.

Wajah muram Zora membuat Ano tak tega. Hal baru ia tahu yang selama bersama Zora adalah Zora adalah seseorang yang sangat perfeksionis. Zora akan merasa frustasi dan salah jika apa yang ia harapkan tidak tercapai. Ia akan malu jika sudah disandingkan dengan papanya. Ia juga takut bahwa akan mengecewakan papanya.

Ano melangkah masuk saat Zora menelpon seseorang dan tampak terlihat sedih dan muram. Gadis itu bahkan tak sadar Ano masuk.

Ano berlahan berjalan sampai di samping Zora dan mengelus lembut kepalanya. "Hei, udah makan?" tanya Ano lembut. Zora mengangkat kepalanya dan tersenyum bingung membalas senyuman Ano. Sepertinya ia tak membuat janji dengan Ano tapi mengapa pria ini ada di sini?

"Hari ini Zora sibuk ka, Zora ga bisa temani  ka Ano, jadi ka Ano pulang aja ya," ucap Zora lelah membuat Ano berjongkok menatap wajah Zora.

"Ka Ano belum makan, kita makan yuk, kamu belum makan pasti," ucap Ano lembut mengenggam jemari Zora.

"Tapi..."

"Mau kamu perhatiin angka saham perusahaan kamu terus menerus juga ga bakal naik, jadi sekarang kita makan ya, nanti kamu sakit," ucap Ano lebih lembut membujuk Zora.

Zora tersenyum jika mood nya sedang tidak baik ia selalu senang dengan kelembutan yang Ano tunjukkan padanya. Pria itu akan berubah tidak seperti biasanya. Ia akan membujuk dengan lembut dan tak akan mengamuk mau semenyebalkan apapun Zora.

"Zora kenyang, tadi ada cemilin buah," ucap Zora ragu.

"Temani ka Ano kalau gitu?" tanya Ano lembut membuat Zora memperhatikan jam yang diletakkan di meja kerjanya. Sudah siang pasti Ano memang kelaparan tapi malah harus membujuknya dulu.

Zora berlahan berdiri dan Ano langsung menarik tangannya. Ia pun mengajak Lanny dan meminta Kio menyusul.

Lanny mengikuti dengan wajah cemberut masalahnya Ano sesekali mengelus dan mengecup pelipis Zora. Sedangkan dia harus melihat semua adegan itu seperti nyamuk yang tak terlihat.

Tapi ia tersenyum saat melihat senyuman Zora yang sedari pagi tak terlihat. Karena nama besar Meschach, banyak yang menaruh ekspetasi besar terhadap kepemimpinan Zora.

Dan Gadis itu sebenarnya terbebani dengan hal tersebut. Lanny tahu bagaimana 3 tahun ini Zora berjuang. Tidak seperti gadis-gadis lain di luar sana yang banyak waktu bergaul, mengenal banyak orang atau banyak waktu untuk liburan. Zora harus menghadapi setumpuk data perusahaan dan mempelajarinya. Makanya kehadiran Ano sangat membantu mood sahabat sekaligus bossnya sekarang selalu stabil.

****

Ano merapikan rambut Zora dan tersenyum saat gadis itu tersenyum. Zora makan dengan lahap gimbab yang sudah tersedia. Ano hanya menggeleng tak percaya, ini adalah gadis yang beberapa belas menit lalu mengatakan tidak lapar dan tidak ingin makan.

"Kamu udah baikkan?"

Zora mengangguk antusias dan Ano mencubit pipinya gemas.

"Sorry telat," ucap Kio menarik kursi dan kemudian mengelus kepala Lanny yang membuang wajahnya ke samping.

Devilish (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang