Epilog 4

970 126 24
                                    

Ano terbangun sendirian di dalam kamar. Apa dia baru saja bermimpi? Tapi rasanya dia tak mungkin bermimpi. Desahan Zora terlalu nyata dipendengarannya. Ia benar-benar sudah menikahkan tapi di mana istrinya? Ano memakai bajunya dan langsung keluar kamar dan berpapasan dengan Kio yang terlihat berkeringat, sepertinya dia baru saja olahraga.

"Kenapa ka, kok kayak orang linglung gitu?" tanya Kio tapi Ano hanya menggeleng kemudian tawa khas Zora terdengar. Detik itu juga Ano langsung meninggalkan Kio.

"Sayang udah bangun?" tanya Zora langsung mendekat dan menyuap kan sandwich ke dalam mulut Ano.

Ano tampak mengunyah. Tapi kemudian wajahnya berubah malu apalagi melihat mamanya menggeriling genit padanya. "Udah ubah panggilan?" tanya Claudia gemas dan Zora hanya terkekeh.

"Iya, biar mesra ma, iya kan sayang," goda Zora menatap wajah Ano yang makin kikuk sambil mengunyah sandwich.

"Oh, jadi nyariin istrinya, pantes tadi turun dari kamar kayak orang linglung," tawa Kio sukses membuat telinga Ano panas. Sial! batin Ano marah.

"Tumben bangun siang? Belum siap-siap ka? Bukannya hari ini, hari penting ya?"

Ano menatap Kio kemudian mengerutkan keningnya. Siang? memangnya jam berapa sekarang. Terus memangnya dia harus ke mana? Perasaan dia sudah tidak bekerja jadi pengacara.

"Iya, Ano, cepetan siap siap, kamu lupa ya hari ini pengenalan pemegang perusahaan baru," ucap Claudia.

Ano tampak berfikir. Pemegang Perusahaan? Dirinya? Benar! Dia melupakannya, sekarang dirinya menjadi pengganti Zora di perusahaan Mescash, dia bukan lagi pengacara.

"O,iya!" Ano menepuk keningnya langsung berlari kembali ke dalam kamar dan segera bersiap.

"Ya ampun Ano," ucap Claudia sambil menggeleng, jika seperti itu, Ano terlihat seperti dirinya. Ia menggelengkan kepalanya geli. Zora tertawa melihat kelakuan Ano yang unik untuk pertama kalinya. Ternyata suaminya itu menggemaskan sekali.

***

Ano yang sudah rapi berlahan berjalan keluar rumah. Ia memperhatikan jam, ia masih punya waktu. Ia hanya mau memeluk Zora sebentar. Ia kemudian berbalik bergerak menarik Zora yang sedang duduk di sofa bersama Claudia. "Ke kamar sebentar!"

"Hah?"

"Masih pagi Ano, mau ngapain sih?"

"Ck, mama jangan godain! Ano cuma mau ngomong sama Zora," elu Ano kesal apalagi Zora terlihat bingung tapi tersenyum menatapnya.

"Istri kamu ga akan hilang, percaya sama mama," tawa geli Claudia membuat Ano mati kutu. Dirinya harus segera pindah dari rumah ini.

"Pokoknya minggu depan, Ano ga akan tinggal di sini lagi!" seru Ano kesal kemudian Claudia tertawa geli. Zora pun terkekeh sambil berdiri mengenggam tangan Ano.

Ano menarik Zora ke kamar tak perduli dengan mamanya yang tertawa. Sampai dikamar Ano duduk dikasur. "Mau bicara apa sayang?" tanya Zora membuat Ano salah tingkah. Zora tersenyum geli kemudian duduk dipangkuan Ano.

"Kenapa sih sayang?" tanya Zora membuat telinga Ano panas.

Zora terkekeh melihat wajah Ano. "Sayang?"

"Udah, berhenti panggil kayak gitu!"

Zora tersenyum mengusap rambut Ano lembut. "Ka Ano malu ya, kemarin maksa suruh manggil sayang, sekarang malu gitu."

Dengan wajah merah padam Ano memeluknya dan menyembunyikan wajahnya. Zora tersenyum geli melihat kelakuan Ano, ternyata pria galak ini bisa manis seperti ini.

Devilish (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang