Zora masih setia duduk didalam mobil Ano. Hari ini pria itu yang mengantarnya karena Kio tidak ada kuliah pagi. Pria disebelahnya hanya diam tanpa pembicaraan di dalam mobil, Zora memang sengaja menunggu Ano berbicara walau terlihat pria itu tetap diam walau sudah mulai menatapnya aneh karena belum juga keluar dari mobilnya.
"Zora!"
"Hmm.."
"Cepat keluar!" seru Ano membuat Zora tersenyum geli.
"Iya sabar sih!"
"Aku bisa telat ke kantor!"
Zora masih bersandar sambil membongkar isi tasnya.
"Zora!"
"Iya," sahut Zora tanpa merasa takut. Ia tersenyum memberikan permen pada Ano yang tertulis sesuatu di sana.
'Be happy'
Ano hanya tersenyum kecil melihat kelakuan Zora. Tapi kemudian ia langsung memasang wajah datarnya lagi. "Sana keluar!"
Zora menaruh tangan kanannya di dada dan menunduk sedikit layaknya orang memberi hormat. "Terima kasih kakanda sudah mengantar adinda sampai ditujuan," ucap Zora usil menatap Ano yang hanya berdecak tak percaya dengan tingkahnya.
"Iya, sana-sana, cepat, ini udah jam berapa, Ozora!" seru Ano mulai tidak sabar.
"Iya, sabar ka Diano!" ucap Zora ceria sambil membuka pintu cepat.
"Ck,walau udah beberapa hari, jangan lupa oles salep ke tangan kamu, biar ga ada bekas!" seru Ano cepat sebelum Zora benar-benar keluar dan menutup pintu mobil.
"Siap!" Zora tersenyum dan melambai padanya.
Ano hanya menggeleng melihat Zora masih didepan mobilnya dengan senyuman ceria. Gadis itu benar-benar terlalu aktif dan banyak energi. Ia menjalankan mobilnya meninggalkan kampus.
Senyuman di wajah Zora hilang setelah melihat mobil Ano pergi. Sudah beberapa hari ia lewati dengan hubungan tidak baik dengan teman-temannya. Ia bahkan selalu sendiri. Zora kembali menghela nafas dan mulai berjalan masuk ke dalam kampus. Matanya terhenti saat melihat sosok yang ia kenal, ia kembali tersenyum dan mendekati orang tersebut.
"Lanny!"
Lanny berbalik dan mengerutkan keningnya saat melihat Zora memanggilnya.
"Ngapain kamu?" ketus Lanny tapi tak membuat Zora menghilangkan senyumnya.
"Baru aja manggil kamu, emang kamu ga dengar?" tanya Zora membuat Lanny mendengus geli. Mata Lanny terhenti saat melihat tangan Zora.
"Kenapa tuh?"
"Nggak apa-apa," Zora tersenyum senang.
Lanny kembali ketus. Ia benar-benar bingung dengan gadis dihadapannya yang tidak takut padanya. "Kamu tuh kenapa sih ga bisa dibilangin!"
"Apanya?"
"Nggak usah manggil aku lagi, nanti teman kamu ngerecokkin aku lagi," seru Lanny lagi.
"Eh, mereka ga mungkin lah nyakitin kamu," ucap Zora pelan mencoba membela temannya.
"Mereka memang tidak merisakku tapi mereka melakukan hal yang lebih kejam dari itu," ucap Lanny tak suka.
"Mereka akan menyebarkan rumor tidak benar, membuatku tidak disukai banyak orang, aku tahu mungkin kamu ga tahu hal ini, yang membuatmu sangat disegani karena kelakuan teman-temanmu yang menakutkan itu sudah menjadi rahasia umum dikampus," lanjut Lanny cepat.
"Kamu tahu Ria, gadis yang dulu pernah marah dengan Sarah, setelah itu gosip menyebar dengan cepat mengatakan dia simpanan om-om, akhirnya dia memutuskan berhenti kuliah," Zora terdiam sejenak senyum tadinya merekah di wajahnya hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...