Ano menatap ponselnya kesal. Zora tidak mengangkat teleponnya. Ia menghela nafas sebal, memutar kursi kerjanya. Deringan berbunyi dari ponselnya membuat Ano menegakkan badannya, tapi Ano kecewa melihat nama yang tertera.
"Halo La gimana?"
"Ano, aku mau kasi tahu aku lagi di klub paradise!"
"Jadi gimana?"
"Aku lihat Zora di klub ini."
"Zora?"
"Iya, dia di sini, klub besar dekat kantor kamu, aku lihat dia masuk bareng cowo tapi aku kurang tahu dia siapa, kamu bisa cek, aku juga di sini lagi bareng temen-temen ku," ucap Lala membuat Ano terdiam sejenak.
Ano tampak berfikir sejenak. Bareng cowo? Sepertinya tidak mungkin Zora bersama pria, ia tahu bagaimana Digo dan Sisi menjaga Zora. Ano merasakan perasaan yang tak enak. Ia menutup semua berkasnya dan bergerak cepat keluar dari ruangannya.
"Kris, saya pinjam motor kamu sebentar, saya ada perlu," ucap Ano buru-buru.
Ano harus sampai secepat mungkin. Jika motor ia tak perlu memutar terlalu jauh. Ia bisa melewati jalan kecil.
"Baik pak," Kris menyerahkan kuncinya dan hanya menatap Ano bingung melihat pria itu pergi terburu-buru.
****
Ano masuk ke dalam klub dan segera mencari Lala. Ia memperhatikan sekitar dan menemukan Dona. Ia mencari-cari Zora juga tapi ia tak melihat Zora disudut mana pun di klub ini.
"Bu Dona, lihat Zora?"
Dona terperanjat dan menatap Ano bingung. "Tadi dia duduk di sana, nunggu, tapi sekarang ga tahu ke mana, mungkin sudah sama.." Dona belum menyelesaikan ucapannya tapi Ano sudah berlari menaiki tangga. Perasaannya tak enak sekarang. Ia harus menemukan gadis itu sekarang juga.
"La, di mana Zora?"
Lala menunjuk pintu yang tertutup kemudian Ano bergerak cepat ke arah pintu tersebut. Ano menendang pintu itu yang hampir merusak engsel pintu tersebut.
Ano menemukan seseorang pria sedang menindih Zora. Mata Ano menyalang menarik kerah pria tersebut dan mendorong nya ke dinding. "Brengsek lo!"
Ano menarik Zora berdiri, wajah gadis itu pucat pasi dengan mata yang sudah basah penuh air mata. Ia bergerak merapikan pakaian Zora.
Ano memperhatikan dari sudut matanya. Pria itu kembali bangun dan menatapnya marah.
"Ada urusan apa hah, dia cewe gue, urusan gue mau apain dia!"
Ano menatap tajam Zora. Gadis itu ketakutan menggeleng panik. Ano menarik kerah pria tersebut ia menatap penuh amarah. Jika pria itu kembali berbicara akan dipastikan pria tak jelas ini akan habis ditangannya.
"Jangan menyentuh sesuatu yang bukan milikmu, kamu mendekati dia akan kubuat wajah sombongmu tak ada rupa lagi," desis Ano mengancam pria dihadapannya. Tidak lupa ia melayangkan pukulan kuat sampai pria itu tersungkur.
"Kita perlu bicara!" Ano segera meraih pergelangan Zora dan menyeret nya keluar tak perduli semua orang di dalam klub memandangnya.
Ano mencengkram kuat tangan Zora. Zora hanya terisak merasakan rasa sakit tersebut. Ano menariknya sampai keluar gedung.
"Ah...sakit," Zora merintih kesakitan karena Ano menariknya kasar.
"Sakit..." rintih Zora sekali lagi dan Ano tersadar dari emosinya. Ia menghempaskan pelan tangan Zora dan membalik badannnya menatap penuh amarah pada Zora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomanceAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...