Zora turun dari mobil bersemangat, berdiri di depan rumah yang sudah ia hafal. Dan tersenyum menatap supirnya.
"Non, bapak tinggal ya, sore nanti dijemput kayak biasa kan?" tanya supir yang membukan pintu mobil untuk Zora.
"Iya, pak, nanti sama mama ya datangnya," seru Zora cepat sambil melambai ketika sang supir membawa mobilnya pergi. Zora berbalik langsung berlari masuk mencari temannya.
"Kio!" pekik Zora kencang langsung lari melewati Ano yang baru saja turun dari kamarnya.
"Ck, dia lagi, dia lagi," gumam Ano pelan.
"Kamu, kalau masuk rumah orang tuh jangan nyelonong gitu aja,"ketus Ano membuat Zora berputar balik.
"Halo ka Ano, main bareny yuk!" seru Zora cepat.
"Nggak."
Ano langsung berlalu masuk keruang belajar nya tak perduli Zora menekuk wajahnya.
"Pasti habis ini, ada hal jelek yang bakal terjadi," ucap Ano asal.
Kio yang baru saja keluar dari kamar mandi terlihat bersemangat melihat Zora. "Zora, kamu datang ga manggil sih, ayo, aku tunjukkin sepeda baruku!" seru Kio bersemangat menarik Zora.
Ano hanya menggeleng tak percaya mendengar hal tersebut tapi ia tetap memilih ke ruang belajar.
Di dalam ruangan Ano bisa mendengar semuanya. Ano sesekali menoleh ketika mendengar tawa Zora yang riang terdengar dari jendela ruang belajarnya. Claudia masuk ruang belajar Ano mengantar makanan untuk anaknya belajar.
"Kamu mau main?" tanya Claudia dan Ano memilih menggelengkan kepalanya.
"Berisik, bilangin diam ma, Ano mau belajar," elu Ano kesal membuat Claudia menggeleng.
Tanggisan Zora membuat Ano penasaran. Apalagi Claudia membuka jendela dan bertanya pada Kio.
"Kio, kamu apain Zora?"
"Zora jatuh pas lari ma, tapi ga apa-apa hanya lecet sedikit," ucap Kio cepat.
"Ayo bangun Ra!" seru Kio.
Claudia menutup jendela dan Ano pura-pura kembali belajar. "Kamu yakin ga mau ikut main? seru tahu!" ucap Claudia mencoba membujuk anaknya yang terlihat penasaran tapi gengsi.
Ano memilih menggeleng dan kembali membaca buku pelajaran nya.
Claudia langsung berjalan keluar mencari Zora dan Kio. "Zora, Kio, sini!"
"Kamu ga apa-apa?" tanya Claudia memperhatikan mata Zora yang merah tapi sudah tidak menangis lagi.
"Nggak apa-apa kok tante," ucap Zora manis membuat Claudia tersenyum.
"Kio, kamu gimana sih, ga bisa jagain Zora!" seru Claudia sebal membuat Kio cemberut. "Ya, Zora sendiri yang ga mau naik sepeda maunya lari, katanya dia ga bisa naik sepeda jadi lari aja," elu Kio malas melihat mata mamanya yang tajam menatapnya.
"Haduh, Zora, ga boleh ya, nanti kalau kamu kenapa napa, tante bisa habis sama mama kamu," ucap Claudia panik membuat Zora mengangguk takut.
"Udah gini aja, tante bakal kasi kamu es krim, tapi..." Claudia menggantung ucapan membuat Zora penasaran.
"Tapi apa tante?"
"Tapi kamu harus ajak ka Ano keluar main," lanjut Claudia membuat ekspresi wajah Zora bingung. Pasti Ano akan marah padanya jika diganggu pada jam belajar.
"Nanti beli eskrim bareng Ano, ini uangnya!" seru Claudia membuat Zora mengangguk langsung berlari masuk ke dalam ruangan Ano.
"Terus Kio?" tanya Kio bodoh menatap mamanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/124727257-288-k917832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
RomantizmAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...