Zora merapikan gaunnya berdiri di depan hotel berbintang. Ia sebenarnya tak mau menggunakan gaun tapi entah mengapa mamanya memaksa dirinya menggunakan gaun sebelum pergi tadi. Padahal sudah dikatakan bahwa ia hanya pertemuan biasa dengan Ano.
'Zora kamu di mana?'
Lagi lagi ponselnya berbunyi. Dan Zora menggeleng geli. Ano sudah mengirimkannya pesan dari tadi dan memang tidak ia balas karena sedang mengemudi. Pria itu terus menanyakan keberadaannya. Ya. Mereka datang terpisah dan itu permintaannya. Ia menghindari kemarahan Tante Claudia.
"Ok! Ready! Tenang Zora! Tenang!" ucap Zora seperti merapalkan mantra dari tadi pada dirinya sendiri.
Zora berjalan santai sudah hampir mencapai pintu utama hotel. Ia tersenyum riang. Tapi suara jeritan seseorang membuat Zora berhenti melangkah.
Tadi teriakan manusia kan? batin Zora ragu. Walau ia tak bisa melihat apapun tapi tak menutup kemungkinan ia bisa mendengarkan. Ia berjalan ke samping gedung hotel dan mengintip. Ia menemukan sebuah mobil hitam yang cukup besar. dan di sana tampak memperhatikan seorang wanita yang ditarik paksa masuk ke dalam mobil.
Zora seperti mengenal wanita itu. Ia berjalan beberapa mendekat mobil tersebut tapi segera mundur kembali saat ponselnya berdering. Ia berlari menjauh bersembunyi di antara mobil yang lain sambil mematikan ponselnya.
"Mana talinya?"
"Gak usah berisik, cepat lakban mulut ini cewe!"
"Ga tega nih, ini kan tunangan bos!"
"Lo mau jadi mayat ya keluar dari sini?"
"Amit amit ga lah!"
"Lalu, nunggu apalagi?"
"Iya-iya."
"Bos bilang taruh aja dimobil, udah kita masuk lagi."
Zora berdiri dan mengintip dari balik mobil. Apa ia harus berjalan mendekat? Zora melirik sekitar memperhatikan seseorang wanita mengintip ke dalam mobil dan mencoba membuka pintu belakang mobil.
"Itu..."
Zora masih memperhatikan wanita yang berhasil membuka mobil dan perlahan masuk ke dalam mobil belakang. "Ka Lala?"
Zora keluar dari persembunyiannya ingin mendekati mobil tapi kembali masuk saat mendengar langkah beberapa orang yang cukup ramai keluar. Ia mengintip memperhatikan orang yang sibuk berbicara dengan anak buahnya. "Elang Daniswara? untuk apa ka Lala masuk mobil itu?"
"Jangan-jangan wanita yang diikat itu, Sarah?" gumam Zora panik. Deru mobil berbunyi dan Zora segera berlari ke arah mobilnya. Ia harus mengikuti tersebut.
****
Lala masih diam di dalam mobil menunggu penjaga keluar, ia harus mencari tempat sembunyi yang aman. Ia akan mendapatkan berita besar tentang Elang Daniswara. Bisnis ilegal yang ia kerjakan dengan menyembunyikan wanita wanita disetiap suduh tempat ini akan menjadi berita besar jika ia berhasil meliput secara diam-diam.
Zora keluar dari mobil dan mengintip dari kejauhan. Ia memperhatikan gerbang yang menjulang menutupi rumah tersebut. Zora kembali ke mobilnya mengganti high heels dengan sepatu. Ia harus memanjat pagar tersebut.
Zora memegang pagar dan menginjak salah satu pagar. Ia berhasil duduk di salah satu pilar. Ia ragu melompat, ia takut ketinggian, dirinya pernah jatuh dan berakhir keseleo.
"Kalau turun sakit ga ya?" cicit Zora ragu. Tapi ia harus menemukan Sarah mencari tahu bahwa orang yang di dalam tersebut bukan Sarah.
Tapi ia memberanikan diri melompat, ia menutup mulutnya saat kakinya mendarat di tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish (END)
רומנטיקהAku Ozora, panggil saja Zora. Aku menyukai seorang pria tanpa ingin rasa memiliki, karena aku tahu pria ini sangat susah untuk didekati. Dan aku sadar diri, anak pecicilan sepertiku bersanding dengan dinding es. Rasanya mustahil. Tapi karena hukuman...
